Reporter: Nova Betriani Sinambela | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah menguat dalam sepekan terakhir, didukung oleh pelonggaran kebijakan moneter oleh The Fed. Penguatan rupiah diprediksi akan berlanjut pada pekan depan.
Pada Jumat (20/9), kurs rupiah spot ditutup di level Rp 15.150 per dolar AS. Ini menguat 0,58% dibanding sehari sebelumnya yang ada di Rp 15.239 per dolar AS. Dalam sepekan, kurs rupiah spot menguat 1,64% dari Rp 15.402 per dolar AS pada Jumat (13/9) lalu.
Sedangkan rupiah di Jisdor Bank Indonesia (BI) ada di level Rp 15.100 per dolar AS pada Jumat (20/9), menguat 1,22% dibanding sehari sebelumnya yang ada di Rp 15.287 per dolar AS. Dalam sepekan, rupiah jisdor menguat 1,98% dari pekan lalu yang Rp 15.405 per dolar AS.
Baca Juga: Rupiah Menguat Hampir 2% Pekan Ini, Pemangkasan Suku Bunga Global Jadi Pendorongnya
Pengamat mata uang dan komoditas, Lukman Leong mengatakan dolar AS terus melanjutkan pelemahan di tengah euphoria investor menyikapi pemangkasan jumbo sebesar 50 bps oleh the Fed.
Dari domestik, data perdagangan RI yang lebih baik dari perkiraan menjadi faktor pendukung rupiah.
Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures, Nanang Wahyudin menambahkan pemangkasan tersebut memberi kabar gembira bagi beberapa sektor dan emiten di dalam negeri. Para pelaku pasar dapat memanfaatkan momentum tersebut untuk transaksi jangka pendek maupun menengah.
"Kondisi ini juga bisa bawa rupiah untuk bergerak nantinya di bawah 15.000 per dolar, seiring sentimen positif peningkatan permintaan komoditas global yang berpotensi menguntungkan ekonomi Indonesia," kata Nanang kepada KONTAN, Jumat (20/9).
Namun, ruang penguatan jangka pendek ini bisa terhalangi oleh volatilitas terhadap permintaan dolar untuk kebutuhan impor. Selain itu beragamnya sentimen yang nantinya akan mewarnai seperti data ketenagakerjaan Amerika terbaru, inflasi dan iklim politik di Amerika.
Pekan depan rupiah akan diwarnai oleh sentimen dari luar, serangkaian data ekonomi terbaru akan pengaruhi dolar di antaranya data PDB dan Core PCE.
Bila ekonomi Amerika melambat, begitu juga dengan inflasi ini terus melandai. Maka prospek pemangkasan suku bunga The Fed di 2 pertemuan berikutnya yakni November dan Desember terbuka dengan porsi yang sama.
Baca Juga: Paling Perkasa di Asia, Rupiah Ditutup Rp 15.150 Per Dolar AS, Jumat (20/9)
Nanang memperkirakan rupiah akan berada dalam kisaran Rp 14.900 - Rp 15.250 per dolar AS pada pekan depan.
Sementara Lukman menilai pekan depan tidak ada data ekonomi yang penting dari domestik. Apabila dari ekternal, investor menantikan testimoni kepala the Fed Powell pada hari Kamis dan data inflasi PCE AS hari Jumat.
Dengan demikian, rupiah berpotensi menguat namun tidak akan signifikan. Lukman memproyeksi rupiah akan bergerak di Rp 15.100 - 15.200 per dolar AS pada pekan depan.
"Ini karena dolar AS yang sudah sangat oversold dan rupiah yang overbought, rentan aksi profit taking. Invetor juga cenderung wait and see mengantisipasi Powell dan inflasi PCE AS," pungkas Lukman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News