Reporter: Nur Qolbi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mirae Asset Sekuritas Indonesia menilai, pasar saham Indonesia akan bertahan di tengah pelemahan nilai tukar rupiah dan kenaikan suku bunga. Rupiah telah melampaui level Rp 15.000 per dolar Amerika Serikat (AS) meski masih jauh lebih baik dibanding mata uang Asia lainnya.
Head of Research Mirae Asset Sekuritas Hariyanto Wijaya memperkirakan, penguatan kurs spot indeks dolar AS alias USD sudah mencapai puncaknya. Pasalnya, pasar seharusnya sudah memperhitungkan prospek kenaikan suku bunga The Fed terbaru dalam FOMC meeting September 2022.
"Oleh karena itu, Mirae Asset Sekuritas Indonesia berharap pasar saham Indonesia akan melanjutkan kinerja positifnya setelah normalisasi nilai tukar USD-IDR dan kurs spot indeks USD," kata Hariyanto dalam risetnya, Jumat (7/10).
Baca Juga: Mirae Asset Sekuritas Pasang Rekomendasi Netral untuk Sektor Ritel, Ini Penjelasannya
Sebagai pengingat, dalam FOMC meeting bulan September 2022, The Fed mengindikasikan suku bunga The Fed akan mencapai 4,38% pada akhir 2022. Jumlah tersebut naik 100 basis point (bps) dibanding FOMC meeting Juni 2022 yang memperkirakan suku bunga The Fed sebesar 3,38% pada pengujung tahun.
"Anggota FOMC meeting memperkirakan kenaikan suku bunga yang lebih tinggi karena memperhitungkan faktor inflasi AS yang masih tinggi," ucap Hariyanto.
Pasar saham Indonesia diyakini akan tahan terhadap hal tersebut karena didukung oleh kondisi ekonomi yang bagus. Rasio utang rumah tangga terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia rendah, yakni hanya 10% dari rasio PDB.
Tidak hanya jauh lebih rendah dari negara berkembang lainnya, tetapi juga lebih kecil dari negara maju. Rasio utang rumah tangga terhadap PDB Indonesia yang rendah seharusnya membuat daya beli Indonesia tidak terlalu terpengaruh oleh suku bunga yang meningkat dibandingkan dengan negara lain.
Ekonom Mirae Asset Sekuritas Indonesia memperkirakan, Bank Indonesia akan meningkatkan suku bunga acuan menjadi 5,0% pada akhir tahun 2022, dari 3,5% pada awal 2022. Hal ini dilakukan untuk mengendalikan inflasi domestik dan menjaga daya tarik utang Indonesia.
Baca Juga: Rupiah Spot Terus Tertekan ke Rp 15.250 Per Dolar AS pada Tengah Hari Ini (7/10)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News