kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mirae Asset Sekuritas Pasang Rekomendasi Netral untuk Sektor Ritel, Ini Penjelasannya


Kamis, 06 Oktober 2022 / 14:13 WIB
Mirae Asset Sekuritas Pasang Rekomendasi Netral untuk Sektor Ritel, Ini Penjelasannya
ILUSTRASI. Sektor ritel mendapat rekomendasi netral dari Mirae Asset Sekuritas


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mirae Asset Sekuritas memandang netral untuk sektor ritel kendati pemulihan ekonomi mulai berjalan.

Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya memaparkan, saat ini ekonomi domestik terlihat kuat lantaran pandemi terkendali dan mobilitas masyarakat membaik seiring dengan konsumsi rumah tangga yang kuat. Pihaknya melihat hal ini akan berlanjut di 2023.

"Hal ini didukung oleh meningkatnya pendapatan per kapita dan tingkat mobilitas masyarakat serta meningkatnya kepercayaan konsumen di antara mereka yang berpenghasilan lebih tinggi," tulisnya dalam riset, Rabu (5/10).

Walaupun memang, dampak jangka panjang dari inflasi dan PPN yang lebih tinggi lebih berdampak negatif terhadap daya beli konsumen berpenghasilan menengah ke bawah. Sehingga mengurangi pengeluaran diskresioner di tengah rata-rata harta jual yang lebih tinggi.

Menurut Christine, apapun itu, pemerintah akan terus dan memperkuat dukungannya dalam bentuk perlindungan sosial untuk menjaga daya beli masyarakat dan kondisi perekonomian nasional melalui APBN. Sebagai catatan, tingkat inflasi tahunan Indonesia meningkat menjadi 5,9% secara tahunan  pada September 2022 dibandingkan 4,7% yoy pada Agustus 2022.

Baca Juga: Ini Jurus Pengelola Reksadana Saham dengan Kinerja Terbaik

"Kami berpendapat bahwa keputusan pemerintah untuk menaikkan harga Pertalite dan solar bersubsidi akan berdampak besar pada ekspektasi inflasi mengingat kenaikan harga akan membawa tekanan ke atas pada harga yang diatur serta dampak putaran kedua pada inflasi inti," jelasnya.

Terlepas dari itu, Christine juga melihat bahwa kinerja ekonomi tahun depan didukung oleh pemulihan pengeluaran konsumen berpenghasilan menengah ke atas. Hal tersebut seiring pemulihan bisnis serta potensi kenaikan gaji untuk pekerja kantoran mengingat pemulihan kondisi keuangan dari terendah di semester I 2020.

Selain itu, survei Bank Indonesia juga menunjukkan bahwa kondisi keuangan Indonesia saat ini dalam pemulihan yang perlahan tapi pasti sejak terendah pada Juni 2020, kondisi keuangan di Indonesia telah tumbuh sebesar 20% yoy.

Pihaknya melihat bahwa pembukaan kembali toko secara bertahap mendorong permintaan dan ada juga peluang untuk banyak kategori produk yang pembeliannya telah ditunda atau dianggap tidak penting sebelumnya.

Baca Juga: Saham Blue Chip Ini Punya Prospek Bagus, Meskipun Kinerja Sedang Turun

Bersamaan dengan itu, minat konsumen untuk berbelanja online terus meningkat, belum lagi pandemi Covid-19 dan PPKM telah mengubah kehidupan modern secara drastis. Menurut Statista, pendapatan di pasar e-niaga di Indonesia diproyeksikan mencapai US$ 70,2 miliar pada 2023 dibandingkan US$ 62,59 miliar pada 2022.

Terlepas dari pembatasan aktivitas publik yang dilonggarkan, Mirae Asset masih berhati-hati tentang niat belanja konsumen berpenghasilan menengah ke bawah. Dengan berbagai hal tersebut, Mirae Asset menjagokan MAPI yang memiliki pangsa pasar menengah atas.

"Secara keseluruhan, kami mempertahankan rekomendasi netral kami di sektor ini, mengingat kenaikan biaya di tengah kenaikan inflasi dengan daya beli masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah yang masih lemah," imbuhnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×