kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45887,73   13,33   1.52%
  • EMAS1.365.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah Kian Dekat Ke Rp 16.500 Per Dolar AS


Jumat, 21 Juni 2024 / 21:11 WIB
Rupiah Kian Dekat Ke Rp 16.500 Per Dolar AS
ILUSTRASI. Rupiah anjlok ke level terendah sejak Maret 2020 pada perdagangan Jumat (21/6).


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah anjlok ke level terendah sejak Maret 2020 pada perdagangan Jumat (21/6). Rupiah spot melemah 0,12% ke Rp 16.450 per dolar Amerika Serikat (AS). Posisi itu menjadi penutupan terburuk di tahun ini dan yang terburuk sejak 23 Maret 2020 yang berada di Rp 16.575 per dolar AS.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, tekanan rupiah seiring dengan klaim baru untuk tunjangan pengangguran yang turun. Selain itu, the Fed membiarkan kebijakannya tidak berubah pada pertemuan di bulan Juni.

"Sehingga memangkas proyeksi sebelumnya untuk pemotongan tiga perempat poin tahun ini menjadi satu, bahkan ketika inflasi telah mereda dan pasar tenaga kerja telah melemah," tulisnya dalam riset, Jumat (21/6).

Ibrahim mengatakan, saat ini pasar terus memantau ketidakpastian arah kebijakan fiskal yang meningkatkan fiscal risk dan juga menjadi faktor yang memengaruhi pelemahan rupiah. Hal itu dilihat dari kondisi proyeksi defisit anggaran yang besar di kisaran 2,8% dari produk domestik bruto (PDB) atau mendekati batas atas level 3% dari PDB.

Baca Juga: Rupiah Pekan Ini Masih Tertekan, Mencapai Level Paling Lemah Sejak Maret 2020

Terlebih belakangan ini bermunculan kabar mengenai sikap Presiden terpilih Prabowo Subianto yang terlihat permisif dengan utang. Bahkan diisukan hendak menaikkan rasio utang pemerintah ke kisaran 50% dari PDB, meski kemudian kabar itu sudah dibantah.

Ia menilai pemerintah dan BI selayaknya menjaga stabilitas rupiah berbasis kekuatan fundamental perekonomian Indonesia. Hal itu yakni surplus neraca perdagangan, bukan intervensi valuta asing dengan cadangan devisa yang terbatas atau menaikkan suku bunga domestik.

"Sebenarnya rupiah tidak perlu mengalami pelemahan yang panjang jika pasokan dolar dari surplus neraca perdagangan mengalir ke pasar. Pelemahan rupiah, merupakan anomali karena hingga Mei 2024 Indonesia masih mencatatkan surplus neraca perdagangan yang cukup baik," paparnya.

Ia pun memproyeksikan rupiah masih akan bergerak fluktuatif, tetapi ditutup melemah di rentang Rp 16.440 per dolar AS-Rp 16.510 per dolar AS.

Selanjutnya: Rupiah Pekan Ini Masih Tertekan, Mencapai Level Paling Lemah Sejak Maret 2020

Menarik Dibaca: Begini Ketentuan Pembelian Tiket Konser Bruno Mars

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×