Reporter: Dupla Kartini, Bloomberg | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Otot rupiah kembali tergerus tajam. Tekanan yang terjadi terhadap rupiah hari ini menggiringnya pada pelemahan bulanan terbesar sejak Februari 2009.
Pada pukul 10.40 WIB, pasangan (pair) dollar AS dan rupiah (USD/IDR) berada di level 8.963, dari posisi sebelumnya di 8.890. Sepanjang bulan ini, mata uang Garuda tercatat sudah melemah sebesar 4,4%.
Rupiah lunglai karena investor global mengurangi kepemilikan saham dan obligasi Indonesia. Hal itu terjadi lantaran kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global. Komisi Eropa menolak upaya menekan perbankan untuk melakukan writedown lebih besar pada kepemilikan surat utang pemerintah Yunani. Ini menyebabkan pasar khawatir terjadi perbedaan pendapat dalam rencana penyelamatan Yunani.
Hingga kemarin, dana asing yang keluar dari pasar saham Indonesia mencapai US$ 644 juta, lebih besar dari jumlah yang mereka beli di bulan ini. Kepemilikan asing di surat utang pemerintah pun turun 9,9% pada bulan ini menjadi Rp 222,8 triliun hingga 26 September.
Rupiah sempat menguat kemarin, karena spekulasi bank sentral melakukan intervensi untuk mendukung rupiah. Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution menyebut BI akan membeli obligasi dan masuk ke pasar mata uang sampai pasar mendingin.
Ekonom Oversea-Chinese Banking Corp. Gundy Cahyadi menyebut, pelemahan mata uang Asia, termasuk rupiah, terutama disebabkan oleh apa yang terjadi di zona Euro. "Terlihat arus keluar dana asing pada September ini. Bank sentral sudah menegaskan akan melakukan apapun yang mungkin untuk menjaga stabilitas rupiah," tukasnya, hari ini, di Singapura.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News