Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Penguatan rupiah sepanjang pekan ini terhitung cukup tajam, terutama karena lemahnya pergerakan dollar AS akibat pesimisme pasar memandang peluang kenaikan suku bunga The Fed pekan depan.
Di pasar spot, Jumat (10/6) nilai tukar rupiah terkikis 0,05% ke level Rp 13.294 per dollar AS dibanding hari sebelumnya, namun sudah terbang 2,21% dalam sepekan terakhir.
Sementara di kurs tengah Bank Indonesia, posisi rupiah tergelincir 0,59% di level Rp 13.309 per dollar AS dengan penguatan sepekan terakhir sebesar 2,22%.
Nizar Hilmy, Analis SoeGee Futures menjelaskan sepanjang pekan ini tekanan bagi dollar AS datang dari sajian data ketenagakerjaan AS yang negatif. Ini membuat pelaku pasar merasa pesimis dengan peluang kenaikan suku bunga yang kemudian melemahkan nilai tukar dollar AS.
“Sebenarnya dari dalam negeri sentimennya nggak terlalu positif, tapi stabil sehingga bisa menjadi daya tahan rupiah,” tutur Nizar.
Memang dirilis data cadangan devisa dan index penjualan ritel menurun, namun index kepercayaan konsumen masih tumbuh.
Apalagi tercatat arus dana asing yang masuk ke pasar saham dan obligasi sepanjang Juni 2016 ini sudah mencapai Rp 71 triliun. “Tentu ini menambah tenaga bagi rupiah karena artinya kepercayaan pelaku pasar masih tinggi,” tambah Nizar.
Sehingga meski di tengah pekan nilai tukar rupiah kembali terkikis akibat aksi profit taking namun rupiah bisa menjaga level tetap di bawah Rp 13.300 per dollar AS.
"Sejak Rabu (8/6) kan dollar AS rebound teknikal, tapi pasar masih positif memandang ekonomi Indonesia karena menanti hasil tax amnesty dan RAPBN, makanya rupiah bisa meminimalisir pelemahan," papar Nizar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News