Reporter: Avanty Nurdiana, Yusuf Imam Santoso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah berpotensi kembali menguat di awal pekan ini. Penyebabnya, perekonomian Amerika Serikat (AS) cenderung melambat.
Analis Monex Investindo Futures Putu Agus Pransuamitra menyebut, selain itu, yield obligasi pemerintah AS tenor pendek lebih tinggi dari yield obligasi tenor panjang.
Ahmad Mikail, Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, menulis, hal tersebut akan membuat indeks dollar terus melemah. Akibatnya, ada potensi rupiah kembali menguat.
Dia memperkirakan, dollar AS masih berpotensi melemah terhadap mata uang utama lainnya. Karena itu, indeks dollar AS berpotensi melemah ke level 96,5–96,8.
Pelemahan tersebut didorong meningkatnya defisit perdagangan AS di Oktober 2018 menjadi US$ 55,5 miliar. Ini merupakan tertinggi selama 10 tahun terakhir.
Di September 2018, defisit neraca dagang AS cuma US$ 54,6 miliar Naiknya defisit tersebut semakin menambah kekhawatiran investor terhadap prospek ekonomi AS yang diperkirakan melemah.
Hal tersebut membuat yield US treasury semakin turun. Pelaku pasar juga mulai mewaspadai pelemahan ekonomi Amerika Serikat.
Karena itu, Ahmad memperkirakan, rupiah hari ini bisa menguat dan bergerak antara Rp 14.500–Rp 14.510 per dollar AS. Sedang Putu menganalisa rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.280–Rp 14.640 per dollar AS.
Jumat (7/12), kurs spot rupiah menguat 0,28% ke Rp 14.480 per dollar AS. Namun, dalam sepekan terakhir rupiah masih melemah 1,24%. Sementara, pada kurs tengah Bank Indonesia, rupiah terdepresiasi 0,22% ke Rp 14.539 per dollar AS. Dalam sepekan, kurs tengah rupiah melemah 1,39%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News