Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Rilisnya paket ekonomi jilid satu pemerintah Indonesia menjadi tempat bernaungnya harapan bagi valuasi rupiah di masa mendatang. Namun, paket kebijakan ini dinilai hanya embrio, butuh hasil kerja nyata untuk memberikan suntikan bagi rupiah yang kadung terkapar.
Reny Eka Putri, Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk menuturkan paket ini sudah komplit karena mencakup konten mulai dari penggenjotan sektor riil hingga aturan mekanisme pasar yang ideal. Namun, paket komplit ini akan hambar jika tidak didukung oleh kinerja yang segera diimplementasikan.
Secara teori, paket ekonomi ini sudah menambal semua lini yang kosong di perekonomian rupiah. Tapi hingga saat ini, praktik masih sepi. Minimnya bukti kerja nyata ekonomi Indonesia terlihat dari nilai rupiah yang kian terkikis.
Hingga Jumat (11/9) rupiah di spot sudah melemah 15,61% ke level Rp 14.322 sejak awal tahun lalu. Serupa, di kurs tengah Bank Indonesia rupiah sejak awal tahun 2015 sudah merosot 15% di level Rp 14.306.
“Yang tersulit saat ini adalah mengembalikan kepercayaan pelaku pasar lewat iklim investasi yang positif,” kata Reny. Hal tersebut baru bisa terjadi jika sektor infrastruktur bergerak agresif, kisruh politik dalam negeri harus diredam, serta penerapan regulasi investasi dipermudah.
Reny menilai semua langkah yang diambil pemerintah dan Bank Indonesia sudah menunjukkan upaya untuk terus memoles rupiah. Sebabnya, masih ada susulan paket ekonomi jilid lainnya yang juga ditunggu. Jika rilisnya paket ekonomi lanjutan beriringan dengan kinerja sektor riil yang mulai pulih maka peluang rupiah menguat di akhir tahun 2015 terbuka.
Untuk menggenjot sektor riil sebagai daya tarik iklim investasi yang menarik pelaku pasar maka Reny tidak melihat potensi kenaikan suku bunga BI. “Kalau dinaikkan, justru akan membuat pelaku pasar memilih menahan dananya daripada untuk ekspansi bisnis,” kata Reny.
Maka, Reny menilai kebijakan BI saat ini untuk mempertahankan suku bunga di level 7,50% adalah solusi terbaik. Dengan skenario yang positif ini, “Tidak menutup kemungkinan rupiah bisa kembali ke level Rp 13.500 – Rp 13.800 di akhir tahun,” prediksi Reny.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News