Reporter: Nur Qolbi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berpotensi lanjut menguat pada perdagangan Kamis (12/10).
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, hal ini sejalan dengan penurunan indeks dolar AS akibat pesan dovish dari pejabat Federal Reserve.
Pasar saat ini bertaruh bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunganya pada pertemuan bulan November 2023. Investor sekarang menantikan risalah pertemuan bulan September The Fed pada Rabu (11/10) serta data inflasi utama pada Kamis (12/10) untuk memandu prospek kebijakan moneter.
"Selain itu, investor terus memantau konflik antara Israel dan Kelompok Islam Palestina Hamas yang mengguncang pasar keuangan dan secara singkat mendorong permintaan safe-haven dolar," tutur Sutopo saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (11/10).
Baca Juga: Rebound, Rupiah Spot Ditutup Menguat ke Rp 15.700 Per Dolar AS Pada Hari Ini (11/10)
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana menambahkan, pasar menantikan rilis data producer price index bulan September 2023. Apabila hasilnya sesuai ekspektasi, maka ada kemungkinan penurunan indeks dolar AS akan berlanjut dan menguatkan rupiah.
"Sebaliknya, jika lebih tinggi dari ekspektasi, maka bisa buruk bagi rupiah," ucap Fikri.
Fikri memprediksi, rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 15.550-Rp 15.750 pada Kamis (12/10). Sementara Sutopo memperkirakan, mata uang rupiah akan bergerak pada kisaran Rp 15.650-Rp 15.750 per dolar AS.
Sebagai informasi, berdasarkan data Bloomberg, rupiah menguat 0,25% ke level Rp 15.699,5 per dolar AS pada perdagangan Rabu (11/10). Menurut kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indoesia, nilai tukar rupiah berada di angka Rp 15.710, melemah dari Rp 15.708 pada hari perdagangan sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News