Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama sepekan terakhir, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) tak banyak bergerak. Rupiah cuma naik tipis. Kemarin (17/11), kurs spot rupiah naik tipis 0,06% menjadi Rp 13.531 per dollar AS. Selama sepekan terakhir, kurs spot rupiah naik 0,09%.
Kurs tengah rupiah versi Bank Indonesia (BI juga tak jauh beda. Kurs tengah rupiah atas dollar AS naik 0,15% ke level Rp 13.517 per dollar AS. Bila dihitung dalam sepekan, kurs mata uang Garuda ini terkoreksi tipis 0,02%.
Ekonom Bank Central Asia David Sumual mengatakan, kebangkitan rupiah terjadi setelah BI mengumumkan tetap mempertahankan suku bunga acuan BI 7-day reverse repo rate di level 4,25% pada Kamis (16/11) lalu. Selain itu, pelaku pasar juga mengapresiasi surplus neraca pembayaran Indonesia (NPI) di kuartal III yang mencapai US$ 5,4 miliar. Angka ini meningkat pesat dibanding kuartal sebelumnya yang hanya US$ 0,7 miliar.
Analis Monex Investindo Futures Putu Agus Pransuamitra menambahkan, ketidakpastian realisasi reformasi pajak yang didengungkan Presiden AS Donald Trump juga menopang rupiah. Parlemen AS sejatinya telah memberi lampu hijau terhadap Rancangan Undang-Undang (RUU) Pajak yang disampaikan pemerintah AS. Tapi hingga kini Senat AS belum memberikan persetujuan. "Kemungkinan ada perbedaan pendapatan di parlemen dan senat yang berpotensi membuat penerapan RUU ini molor," kata Putu.
Dalam sepekan ini, pergerakan pasangan USD/IDR cenderung sideways. Data ekonomi Indonesia yang dirilis jelang akhir pekan berhasil menopang keperkasaan rupiah. Di lain pihak, data inflasi Negeri Paman Sam yang dirilis tengah pekan ini gagal membawa the greenback menguat.
Untuk pekan depan, lantaran minim data ekonomi yang bakal dirilis minim, pergerakan rupiah dan dollar AS akan terbatas. Pasar masih fokus menanti kepastian reformasi pajak versi Presiden Trump dan juga pidato Gubernur The Fed Janet Yellen pada Selasa (21/11).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News