Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Indef Bhima Yudhistira berpendapat rupiah ada dalam posisi menguat, Selasa (26/2). Sentimen berasal dari perpanjangan negosiasi perundingan dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang melewati batas 1 Maret 2019.
Mengutip Bloomberg, pukul 10.22 WIB rupiah pasar spot terpantau menguat 0,20% atau sekitar Rp 13.989 per dollar AS.
“Sebagai negara eksportir bahan baku industri kedua Negara tersebut, kondisi perpanjangan negosiasi menguntungkan Indonesia,” kata Bhima kepada Kontan.co.id.
Permintaan bahan baku dari China dan AS mendorong pemulihan kinerja ekspor Indonesia. Kedua negara ini berkontribusi sebesar 25% dari total ekspor non migas
Bhima menilai investor mulai berani masuk ke aset yang lebih beresiko dan melepas dollar AS. Ini tercermin dari Dollar Index yang turun ke 96.3 atau melemah 0,18% dalam sepekan terakhir. Tren ini diprediksi akan terus berlanjut sepanjang perang dagang menunjukkan sinyal yang positif.
Di sisi lain, minyak mentah yang turun di pasar global juga berikan sentimen positif. Defisit migas tahun ini harapannya bisa ditekan sehingga devisa tidak terbuang.
Adapun besok Rabu (27/2) penguatan rupiah akan sedikit tertahan karena investor lakukan profit taking di bursa menunggu penandatanganan kesepakatan antara Presiden AS, Donald Trump dan Presiden China, Xi Jinping. Di sesi pembukaan investor asing mulai catatkan net sell sebesar Rp21.8 miliar. Waspadai aksi profit taking.
Bhima memproyeksikan mata uang Garuda hari ini berada di area Rp 13.960-Rp 14.050 per dollar AS atau dalam tren menguat terhadap dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News