Reporter: Dimas Andi | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja keuangan PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) tampak masih merah, terutama dari sisi bottom line. Emiten pelat merah ini pun dihadapkan dengan kondisi industri baja yang cukup menantang.
Seperti yang diketahui, pada kuartal I-2025 KRAS meraih pendapatan sebesar US$ 234,76 juta atau meningkat 1,28% year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu yakni US$ 231,79 juta. Sayangnya, KRAS masih menderita rugi bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 46,91 juta pada kuartal I-2025, atau membengkak 60,98% yoy dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yakni US$ 29,14 juta.
Direktur Utama Krakatau Steel Akbar Djohan mengatakan, pengoperasian fasilitas Pabrik Hot Strip Mill 1 (HSM#1) yang dimulai pada kuartal I-2025 diharapkan bisa berdampak positif bagi kelangsungan usaha KRAS pada tahun ini.
"Perusahaan fokus bersiap untuk mengembalikan bisnis yang terdampak selama periode recovery dan tetap optimis mengupayakan perbaikan kinerja pada kuartal I-2025 dari segmen baja maupun non baja,” ujar dia dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (6/5).
Baca Juga: SSMS dan CBUT Cetak Kinerja Positif per Kuartal I 2025, Simak Rekomendasi Sahamnya
Untuk menghadapi tantangan yang ada, KRAS telah menerapkan serangkaian strategi dan mengambil langkah-langkah preventif yang dibutuhkan untuk memastikan proses produksi pabrik HSM#1 berjalan sesuai target.
Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan mengatakan, salah satu penyebab utama lonjakan rugi bersih KRAS adalah tingginya beban keuangan yang ditanggung emiten tersebut yakni sebesar Rp 561,1 miliar pada kuartal I-2025. Beban tersebut berasal dari beban bunga atas utang jangka panjang perusahaan.
Selain itu, efisiensi operasional yang masih rendah dan kerugian dari entitas asosiasi serta ventura bersama turut memperberat kinerja KRAS. "Margin laba kotor yang hanya berada di level 5,5% juga menandakan tekanan berat terhadap profitabilitas KRAS, meski dari sisi penjualan terjadi sedikit pertumbuhan," ujar dia, Kamis (8/5).
Tantangan bagi KRAS pada 2025 tentu tidak ringan. Tren pelemahan rupiah telah memberikan tekanan tambahan, mengingat sejumlah bahan baku masih dibeli melalui transaksi dengan mata uang dollar Amerika Serikat (AS). Adanya kebijakan tarif impor oleh AS juga mempersempit ruang ekspor bagi KRAS.
"Untuk bisa pulih, KRAS harus mengandalkan beberapa katalis seperti meningkatnya permintaan domestik, terutama dari sektor konstruksi dan properti, serta memperluas ekspor ke negara-negara lain di luar AS," jelas Ekky.
Sementara itu, Investment Analyst Edvisor Provina Visindo Indy Naila mengatakan, ancaman banjir impor baja murah dari China dapat menjadi sentimen negatif bagi KRAS, karena mereka akan kesulitan bersaing dari sisi harga jual. Risiko ini muncul seiring pengenaan tarif impor yang tinggi oleh AS kepada produk asal China, sehingga negara tersebut berpotensi mencari pasar baru di luar AS.
Peluang KRAS untuk pulih tetap terbuka seiring proyek infrastruktur yang masih cukup masif di dalam negeri, sehingga dapat memicu peningkatan permintaan baja. "Alhasil, ada potensi peningkatan pendapatan dan perbaikan margin," imbuh dia, Kamis (8/5).
Indy pun merekomendasikan hold saham KRAS dengan target harga Rp 168 per saham.
Sementara itu, Ekky menilai saham KRAS masih menunjukkan kecenderungan melemah. Dengan potensi penurunan harga saham KRAS ke area Rp 118–124 per saham, investor direkomendasikan untuk wait and see terlebih dahulu hingga ada konfirmasi pembalikan arah di area support tersebut.
Jika mampu bertahan dan terjadi rebound, tren penguatan harga saham KRAS bisa berlanjut dengan potensi menguji resistance di kisaran Rp 150–160 per saham. "Dalam situasi seperti ini, investor disarankan untuk mencermati pergerakan harga secara ketat dan menunggu momentum yang lebih pasti sebelum mengambil posisi di saham KRAS," pungkas dia.
Baca Juga: Asing Net Sell Jumbo, Saham-Saham Ini Paling Banyak Dijual Asing Kemarin
Selanjutnya: Apindo Waspadai Lonjakan Biaya Logistik di Tengah Konflik India-Pakistan
Menarik Dibaca: Banyak Kendaraan Langgar Perda Pencemaran Udara, Pemprov DKI Perketat Uji Emisi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News