kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.953.000   -3.000   -0,15%
  • USD/IDR 16.500   45,00   0,27%
  • IDX 6.828   -98,48   -1,42%
  • KOMPAS100 988   -16,47   -1,64%
  • LQ45 764   -13,30   -1,71%
  • ISSI 218   -2,39   -1,08%
  • IDX30 396   -7,05   -1,75%
  • IDXHIDIV20 467   -8,64   -1,82%
  • IDX80 111   -1,85   -1,64%
  • IDXV30 114   -1,16   -1,00%
  • IDXQ30 129   -2,13   -1,62%

SSMS dan CBUT Cetak Kinerja Positif per Kuartal I 2025, Simak Rekomendasi Sahamnya


Kamis, 08 Mei 2025 / 18:06 WIB
SSMS dan CBUT Cetak Kinerja Positif per Kuartal I 2025, Simak Rekomendasi Sahamnya
ILUSTRASI. Panen kelapa sawit pada perkebunan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) Regional 3 di Kalimantan Tengah. Sawit Sumbermas Sarana (SSMS) dan anak usahanya, Citra Borneo Utama (CBUT), kompak mencatat kinerja positif pada tiga bulan awal tahun 2025.?


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) dan anak usahanya, PT Citra Borneo Utama Tbk (CBUT), kompak mencatat kinerja positif pada tiga bulan awal tahun 2025.

Laba bersih SSMS naik 23,33% secara tahunan alias year on year (yoy) ke Rp 341,52 miliar per kuartal I 2025. Sebelumnya, laba bersih SSMS sebesar Rp 276,90 miliar pada kuartal I 2024.

Peningkatan pendapatan diawali oleh kenaikan pendapatan sebesar 45,16% yoy menjadi Rp 3,65 triliun hingga Maret 2025. Pendapatan SSMS sebelumnya sebesar Rp 2,51 triliun per Maret 2024.

Direktur Utama SSMS, Jap Hartono mengatakan, positifnya kinerja SSMS pada kuartal pertama 2025 ditopang oleh efisiensi produksi, strategi just-in-time inventory management, serta peningkatan penyerapan pasar ekspor.

“Meskipun biaya pajak ekspor meningkat, hal itu ditopang oleh lonjakan volume ekspor SSMS yang signifikan,” ujarnya dalam Paparan Publik SSMS, Kamis (8/5).

Di tahun 2025, SSMS pun menargetkan pertumbuhan penjualan perseroan naik 10%. Target ini dipasang seiring dengan pemulihan produksi minyak sawit nasional dan strategi efisiensi biaya yang dilakukan perseroan.

Baca Juga: Asing Net Sell Jumbo, Saham-Saham Ini Paling Banyak Dijual Asing Kemarin

Jap menjelaskan, peningkatan produksi minyak sawit Indonesia diperkirakan mencapai 48 juta ton di tahun 2025. Tahun lalu, produksinya sempat turun menjadi 45 juta ton, sehingga mencerminkan pemulihan sebesar 10%.

“Ini proyeksi realistis dan sejalan dengan tren industri kelapa sawit nasional. Jika industri sawit nasional tumbuh 10%, kami juga targetkan pertumbuhan sekitar 10%,” paparnya.

Senasib, CBUT pun mencetak kinerja yang juga bertumbuh. Penjualan CBUT tercatat Rp 3,39 triliun per kuartal I 2025, naik 39,58% yoy dari Rp 2,43 triliun pada periode sama tahun lalu. CBUT mengantongi laba periode berjalan Rp 41,21 miliar di akhir kuartal I 2025, naik 28,84% yoy dari Rp 31,98 miliar di akhir kuartal I 2024.

Direktur Utama CItra Borneo Utama, Rorry Christian Tobing menyatakan, kinerja di kuartal I 2025 merupakan representasi dari proyeksi kinerja perseroan yang lebih baik. Perseroan sendiri menargetkan pendapatan naik hingga 40% dari tahun sebelumnya, atau di kisaran Rp 13 triliun.

Direktur CBUT, Ronny Hertantyo Raharjo menambahkan, perseroan optimistis dengan raihan laba bersih pada tahun ini, lantaran ada pertumbuhan penjualan dan efisiensi biaya.

Optimisme perseroan bukan tanpa alasan. Sebab, harga crude palm oil (CPO) diproyeksikan masih akan ada di level tinggi lantaran masih panasnya isu geopolitik global.

Ambil contoh, ketika distribusi minyak nabati lain, seperti minyak kedelai dan minyak jagung, terganggu di pasar global, mau tidak mau konsumen akan beralih ke minyak kelapa sawit. Permintaan yang tinggi akan meningkatkan harga jual.

“Perang dagang maupun perang di Timur Tengah itu secara tidak langsung akan memengaruhi harga jual produk kita. Harga jual rerata alias average selling price (ASP) CBUT ada di atas US$ 1.000 per ton,” ujarnya dalam Paparan Publik CBUT, Kamis (8/5).

Research Analyst Phintraco Sekuritas, Aditya Prayoga mengatakan, di tengah dinamika industri kelapa sawit yang sarat volatilitas, SSMS cukup menonjol sebagai salah satu emiten dengan posisi kompetitif yang solid.

Keunggulan utama SSMS terletak pada struktur bisnis yang terintegrasi secara vertikal, mencakup seluruh rantai nilai dari hulu ke hilir. Ini dimulai dari pengelolaan kebun inti (nucleus), pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi crude palm oil (CPO), hingga aktivitas hilirisasi melalui produksi dan penjualan produk turunan seperti olein.

“Integrasi ini tidak hanya memberikan fleksibilitas dalam merespons dinamika pasar, tetapi juga memungkinkan optimalisasi margin melalui kontrol biaya yang lebih ketat di seluruh lini,” katanya kepada Kontan

Sebagai salah satu produsen dengan skala operasional yang matang, SSMS saat ini mengoperasikan delapan pabrik kelapa sawit (PKS) dengan total kapasitas rata-rata sebesar 3,200 ton per hari.

“Tingkat utilisasi pabrik SSMS juga tercatat di kisaran 65% pada tahun 2023, dengan 76% pasokan berasal dari kebun internal,” ungkapnya.

Ke depan, kontribusi pasokan internal diproyeksikan meningkat seiring dengan masuknya lahan Region 3 milik SSMS ke fase produktif puncak, di mana usia pohon inti saat ini telah mencapai sekitar 10 tahun.

Dengan CAGR produksi tandan buah segar (TBS) internal sebesar 2,23% sepanjang 2020 hingga proyeksi tahun 2026, volume pasokan diperkirakan naik menjadi 1,84 juta ton pada akhir 2026. Ini pun meningkatkan kontribusi terhadap total TBS yang diproses menjadi 80–81%.

Aditya pun merekomendasikan beli untuk SSMS dengan target harga Rp 2.375 per saham.

Baca Juga: Intip Saham-Saham yang Banyak Diburu Asing Kemarin, BBCA dan ANTM Teratas

Optimisme terhadap sektor CPO juga ditopang oleh kebijakan pemerintah untuk transisi dari B35 ke B40 pada tahun 2025, yang diperkirakan akan mendorong permintaan domestik terhadap CPO.

“Risiko utama yang perlu dicermati mencakup fluktuasi harga CPO global, perubahan regulasi, serta potensi peningkatan biaya operasional yang dapat menekan margin laba,” tuturnya.

Analis Investindo Nusantara Sekuritas, Pandhu Dewanto melihat, selain dorongan dari harga CPO yang lebih tinggi, SSMS mencatat kenaikan pendapatan dan laba karena efisiensi operasional dan peningkatan produksi TBS.

“Data yield TBS Plasma meningkat dari 1,6 menjadi 3,1 ton per hektar ,sementara yield inti sawit juga naik dari 5,4 ton per hektare menjadi 5,8 ton per hektare pada 3 bulan pertama tahun ini,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (8/5).

Utilisasi pabrik kedua emiten itu juga meningkat dan menghasilkan profit margin yang lebih baik. Semakin tinggi utilisasi, tentu semakin besar produksi dengan biaya yang relatif mirip.

“CBUT yang masih satu grup seharusnya kondisinya mirip dengan apa yang terjadi pada SSMS, pendapatan yang lebih tinggi dibantu profit margin yang meningkat membuat mendorong laba lebih besar,” katanya.

Meski hasil di kuartal I 2025 ini terbilang bagus, namun untuk sisa tahun 2025 tampaknya akan menghadapi tantangan dari perlambatan ekonomi global. Pasar juga masih menunggu bagaimana dampak perang tarif yang sejauh ini terpantau membuat harga komoditas bergerak melemah, termasuk CPO.

Bahkan, harga CPO mulai mendekati harga terendah tahun lalu. Namun, pada kuartal I, tergolong beruntung karena harga CPO sempat tinggi di atas MYR 5.000 per ton pada November 2024, sehingga penurunannya masih di level atas.

“Jika menilik harga CPO saat ini yang berada di kisaran MYR 3.700 – MYR 3.800 per ton tentu perlu kita antisipasi potensi profit margin yang lebih rendah,” ungkapnya.

Di sisi lain, harga pupuk yang belakangan melonjak menjadi menambah tantangan, karena berpotensi membuat biaya produksi membengkak.

Program B40 mungkin dapat menjadi penyelamat karena tentu akan mendorong permintaan dari dalam negeri. “Bahkan pemerintah sudah mulai berencana meningkatkan program menjadi B50,” tuturnya.

Jika dilihat secara valuasi baik dari price to book value (PBV) maupun price to earning ratio (PER), saat ini kedua saham berada di level yang relatif tinggi dibanding rata-rata industri.

Hal ini bisa merupakan wujud optimisme pasar pada kinerja mereka yang bagus, namun tetap mengandung risiko jika ternyata tidak dapat mengejar ekspektasi yang tinggi.

Alhasil, Pandhu merekomendasikan trading jangka pendek untuk SSMS dan CBUT dengan target harga masing-masing Rp 1.750 per saham dan Rp 1.250 per saham.

Praktisi Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto melihat, pergerakan saham SSMS ada di level support Rp 1.400 per saham dan Rp 1.730 – Rp 1.800 per saham, dengan tren sideways membentuk triangle pattern. Alhasil, William pun merekomendasikan buy on weakness untuk SSMS dengan target harga di Rp 1.730 – Rp 1.800 per saham.

Baca Juga: Cermati Rekomendasi Saham Pilihan dan Proyeksi IHSG untuk Hari Ini (8/5)

Selanjutnya: Analis Kebijakan Industri Sawit Sebut Perang India-Pakistan Ancam Rantai Pasok Global

Menarik Dibaca: DANA & Ant International Targetkan 5.000 UMKM Perempuan Belajar Bisnis hingga AI

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×