kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.528.000   8.000   0,53%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Risk aversion menguat di pasar, rupiah tumbang 0,2% hingga sore ini


Senin, 13 Juni 2011 / 18:12 WIB
Risk aversion menguat di pasar, rupiah tumbang 0,2% hingga sore ini
ILUSTRASI. Paus Fransiskus meminta umat beriman untuk menghindari gosip. Sebab gosip lebih buruk dari wabah corona.


Reporter: Dupla Kartini, Bloomberg | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Rupiah mengalami pelemahan terbesar dalam lebih dua pekan terakhir. Tekanan terhadap rupiah dipicu sinyal hilangnya momentum pemulihan ekonomi, yang menyebabkan menguatnya risk aversion di pasar. Situasi ini mengurangi permintaan terhadap aset emerging market.

Mata uang Garuda mundur dari dekat level terkuat tujuh tahun setelah asing menjual saham lokal senilai US$ 186 juta, pada pekan lalu. Nilai tukar rupiah melemah 0,2% ke level Rp 8.543 per dolar AS, hingga pukul 4 sore di Jakarta. Ini penurunan terbesarnya sejak 25 Mei lalu.

Pada 11 Juni kemarin, profesor dari New York University Nouriel Roubini memprediksi terjadinya krisis keuangan global. Dia menyebut akan adanya sebuah badai kuat yang berasal dari kelemahan fiskal di Amerika Serikat, perlambatan ekonomi di China, restrukturisasi utang Eropa, dan stagnasi di Jepang yang dapat merusak ekonomi global.

Kepala Treasury PT Bank Resona Perdania Lindawati Susanto menyebut, krisis utang di Eropa belum berakhir, dan belum ada kepastian pada ekonomi AS. "Itu menyebabkan sentimen negatif. Apa yang mempengaruhi pasar regional, akan mempengaruhi rupiah juga" ujarnya.

Survei Bloomberg memprediksi, penjualan ritel di AS pada Mei lalu akan turun 0,5%. Ini bakal menjadi penurunan yang pertama kali dalam 11 bulan terakhir. Padahal, AS tercatat sebagai pembeli ketiga terbesar ekspor non-migas dari Indonesia per April lalu.

Sementara itu, harga obligasi pemerintah bertenor 10 tahun turun untuk hari yang ketiga. Data Inter-Dealer Market Association menunjukkan, imbal hasil obligasi pemerintah yang jatuh tempo Juli 2021 naik dua basis poin menjadi 7,39%, pada sore ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×