Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Walau demikian, Fikri menyebut spread saat ini masih belum mendekati level 2019. Pada saat itu, untuk rating AAA, spread dengan SBN yang bertenor sama berkisar di 95-105 bps. Ke depan, Fikri optimistis spread obligasi korporasi dengan SBN masih akan kembali turun.
“Faktor yang bisa membuat spread turun selain risiko dari obligasi, juga seberapa besar minat investor. Dari sisi minat, tahun ini jauh lebih baik dari tahun lalu, tercermin dari jumlah pembelian obligasi yang rata-rata sudah oversubscribed hingga 3-4 kali pada tahun ini,” imbuh Fikri.
Fikri optimistis penerbitan obligasi korporasi bisa lebih semarak. Dia menyebut, Pefindo setidaknya sudah memegang mandat penerbitan obligasi korporasi sekitar Rp 52 triliun. Di satu sisi, obligasi yang akan jatuh tempo pada sisa tahun ini jumlahnya cukup besar, sekitar Rp 90 triliun-Rp 100 triliun. Oleh karena itu, ia yakin hal tersebut akan mendorong penerbitan obligasi korporasi.
Baca Juga: Cermati Meracik Ulang Investasi agar Tetap Cuan Sepanjang 2021
Sepakat, Ramdhan juga melihat dengan potensi biaya penerbitan yang lebih murah, para korporasi akan memanfaatkan momentum ini untuk menerbitkan obligasi. Apalagi, permintaan dari investor juga masih akan tetap tumbuh.
“Saat ini kan likuiditas di dalam negeri masih tinggi, lalu fundamental perusahaan juga akan jauh lebih membaik seiring dengan pemulihan ekonomi. Akhirnya, investor yang ingin optimalkan yield, pada akhirnya akan menjadikan obligasi korporasi sebagai pilihan,” tambah Ramdhan.
Walau demikian, Ramdhan mengimbau investor tetap berhati-hati dalam memilih obligasi korporasi. Dia menyarankan, investor bisa menimbang dari aspek historis emiten apakah memang rutin terbitkan obligasi dan tidak punya catatan negatif. Untuk rating, bisa pilih minimal rating A. Lalu sektor bisnis penerbit juga bisa dipertimbangkan, cari yang minim terdampak pandemi atau diuntungkan dengan pemulihan ekonomi.
“Obligasi korporasi saat ini bisa jadi pilihan investasi yang menarik di saat SBN yang cenderung melemah. Apalagi, kebanyakan penerbit obligasi korporasi mempunyai rating A - AAA, sehingga risikonya pun jauh lebih terukur,” terang Fikri.
Baca Juga: Makin ramai, bank hingga fintech kolaborasi berebut pasar digital
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News