Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yuwono Triatmodjo
JAKARTA. PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA) turut menanggung imbas penurunan harga batubara. Distributor alat berat ini kesulitan menaikkan angka penjualan.
Hingga kuartal III laporan keuangan HEXA yang jatuh per Desember 2013, emiten ini hanya mampu menjual 1.627 unit alat berat. Analis Sucorinvest Central Gani, Arif Budiman bilang, penjualan itu mewakili 64% dari prediksi total penjualan sepanjang tahun buku HEXA yang akan berakhir Maret 2014. "Tahun ini belum terlihat ada perbaikan signifikan di sektor pertambangan," jelas Arif.
Secara unit, penjualan HEXA lebih banyak ke sektor perkebunan, konstruksi, dan kehutanan. Namun, HEXA memperoleh keuntungan yang lebih besar dari penjualan alat berat di ke sektor batubara.
Tak hanya tertekan dari harga batubara, tahun lalu emiten penjual alat berat merek Hitachi itu juga mendapat tekanan dari salah satu pesaingnya, Kobelco.
Proyeksi positif datang dari analis Mandiri Sekuritas, Hariyanto Wijaya. Dalam risetnya, 26 Maret 2014, Heriyanto menyebutkan, pemerintah akan meningkatkan belanja infrastruktur setelah pelaksanaan Pemilu 2014.
Kata Hariyanto, siapapun presiden yang terpilih kelak, akan menaikkan belanja infrastruktur, paling tidak dua tahun pertama seusai pemilu. Berdasarkan pola historis, belanja infrastruktur cenderung meningkat di dua tahun pertama setelah pemilu. Maklum, presiden terpilih ingin menunjukkan kontribusi untuk rakyat setelah terpilih.
Apalagi, beleid pembebasan lahan yang baru, akan mulai efektif di bulan Desember mendatang. Ini bisa menjadi peluang HEXA menaikkan penjualan alat berat ke sektor konstruksi. Heriyanto yakin, beleid pembebasan lahan ini akan menghapus kunci penghalang untuk pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Namun, Managing Partner Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe mengingatkan, penjualan alat berat HEXA ke sektor konstruksi tak akan sebesar penjualan ke sektor batubara. Apalagi, "Harga alat berat konstruksi jauh lebih murah, labanya pun lebih sedikit," bebernya.
Kiswoyo melihat, prospek bisnis sektor alat berat tahun ini masih suram. Padahal, HEXA tidak memiliki lini bisnis lain di luar penjualan alat berat. Hal ini membuat kinerja HEXA masih cukup berat.
Selain dari konstruksi, lanjut Heriyanto, penjualan alat berat HEXA dapat digenjot ke sektor perkebunan. Sektor perkebunan mulai menggeliat seiring tren kenaikan harga minyak sawit mentah.
Heriyanto memperkirakan, pendapatan HEXA periode Maret 2013 hingga Maret 2014 dapat mencapai US$ 477 juta, turun dari periode sebelumnya sebesar US$ 633 juta. Tapi, ia memperkirakan, pendapatan HEXA akan meningkat menjadi US$ 503 juta di periode 2014-2015, dan sebesar US$ 568 juta di periode 2015-2016.
Demikian juga untuk laba. Pada periode 2014-2015, laba HEXA bisa sebesar US$ 34 juta dan US$ 47 juta di 2015-2016. Sedangkan tahun 2013-2014, laba bersih HEXA diprediksi US$ 25 juta. Heriyanto merekomendasikan buy saham HEXA dengan target Rp 5.450 per saham.
Kiswoyo mendugapendapatan dan laba bersih HEXA tahun 2013-2014 akan turun 10%-20%. Dia merekomendasikan hold saham HEXA dengan target harga Rp 3.500.
Sedangkan, Arif menyarankan sell saham HEXA dengan target Rp 3.700. Kemarin, harga HEXA anteng di level Rp 3.930 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News