CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.481.000   8.000   0,54%
  • USD/IDR 15.585   85,00   0,54%
  • IDX 7.521   40,52   0,54%
  • KOMPAS100 1.169   8,10   0,70%
  • LQ45 933   4,48   0,48%
  • ISSI 227   2,02   0,90%
  • IDX30 480   1,12   0,23%
  • IDXHIDIV20 578   0,90   0,16%
  • IDX80 133   1,02   0,77%
  • IDXV30 142   1,62   1,15%
  • IDXQ30 161   0,16   0,10%

Rights Issue Lesu, Simak Prospek Penghimpunan Dana Pasar Modal di Akhir 2024


Jumat, 11 Oktober 2024 / 07:55 WIB
Rights Issue Lesu, Simak Prospek Penghimpunan Dana Pasar Modal di Akhir 2024
ILUSTRASI. Foto kolase papan digital pergerakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, Selasa (08/10/2024). Penghimpunan dana di pasar modal termasuk pelaksanaan right issue tengah lesu disebabkan sejumlah sentimen ini.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penghimpunan dana di pasar modal, termasuk pelaksanaan rights issue, mengalami penurunan hingga kuartal III-2024. 

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga September 2024 tercatat 138 aksi penghimpunan dana dengan total nilai Rp 137,05 triliun. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu, di mana terdapat 169 aksi dengan nilai Rp 190,02 triliun.

Tahun ini, aksi penghimpunan dana terdiri dari 27 Initial Public Offering (IPO), 11 Penawaran Umum Terbatas (PUT), 5 Efek Bersifat Utang dan Sukuk (EBUS), serta 95 Penawaran Umum Bersama (PUB) EBUS. 

Baca Juga: Strategi Adhi Karya (ADHI) Mengurangi Utang Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Sebagai perbandingan, tahun lalu terdapat 65 IPO, 19 PUT, 9 EBUS, dan 76 PUB EBUS.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, menyatakan bahwa penghimpunan dana di pasar modal masih dalam tren positif. Menurutnya, saat ini masih ada 127 pipeline penawaran umum dengan nilai indikatif sekitar Rp 53,80 triliun.

Namun, para analis menilai ada beberapa faktor yang menyebabkan penurunan ini, terutama dalam rights issue. Hingga September 2024, terdapat 11 PUT yang menghimpun dana Rp 36,30 triliun, turun dari 19 aksi PUT senilai Rp 37 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Senior Vice President & Head of Retail Henan Putihrai Asset Management, Reza Fahmi Riawan, menyebutkan tiga faktor utama yang menyebabkan lesunya rights issue tahun ini: kondisi makro-ekonomi, volatilitas pasar, dan ekspektasi penurunan suku bunga. 

Baca Juga: Laba Bersih Sarana Menara Nusantara (TOWR) Berpotensi Melonjak, Cermati Pendorongnya

"Sentimen suku bunga yang menurun membuat instrumen keuangan lain seperti pinjaman perbankan menjadi lebih menarik," kata Reza.

Investment Analyst Syailendra Capital, Michael Tjandra, menambahkan bahwa penurunan likuiditas di pasar juga menjadi penyebab turunnya minat rights issue. Menurutnya, likuiditas banyak tersedot ke obligasi dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) akibat tingginya suku bunga. 

Selain itu, ketidakpastian makro-ekonomi juga meningkatkan risiko bagi emiten.

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori, Arjun Ajwani, menjelaskan bahwa rights issue biasanya dilakukan oleh emiten untuk ekspansi atau melunasi utang. Penurunan ini juga dipengaruhi oleh pergeseran strategi emiten yang lebih memilih menerbitkan surat utang karena suku bunga yang lebih rendah.

Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Indonesia, Vinko Satrio Pekerti, mencatat bahwa penurunan rights issue sebagian besar disebabkan oleh sikap wait and see emiten terkait transisi pemerintahan dan kebijakan yang akan diambil oleh Presiden terpilih. 

Menurutnya, perusahaan masih menunggu kebijakan yang lebih jelas untuk merealisasikan ekspansi bisnis.

Baca Juga: Bongkar Pasang Posisi 10 Taipan Terkaya di Indonesia, dalam Satu Dakade Terakhir

Vinko juga menambahkan bahwa penurunan suku bunga dapat membuka opsi pendanaan yang lebih murah, sehingga instrumen seperti obligasi korporasi dan green bonds semakin menarik. Namun, jika transisi pemerintahan berjalan lancar, rights issue bisa kembali diminati.

Reza menekankan bahwa stabilitas politik dan ekonomi akan menjadi katalis penting bagi kebangkitan penghimpunan dana di pasar modal. Sentimen politik dan kebijakan fiskal yang mendukung investasi akan menjadi faktor pendorong utama.

Selanjutnya: Filipina Desak Percepat Negosiasi Kode Etik Laut China Selatan

Menarik Dibaca: IHSG Cenderung Konsolidasi di Perdagangan Akhir Pekan (11/10)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES)

[X]
×