kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Rights issue, DNET beli saham 3 perusahaan Salim


Rabu, 24 April 2013 / 12:02 WIB
Rights issue, DNET beli saham 3 perusahaan Salim
ILUSTRASI. Kinerja AUTO terus meningkat karena kenaikan manufaktur dan trading serta insentif pemerintah. pho KONTAN/carolus Agus Waluyo/15/08/2016.


Reporter: Dea Chadiza Syafina |

JAKARTA. PT Dyviacom Intrabumi Tbk (DNET) akan melakukan penawaran umum saham terbatas (rights issue) tahap I senilai Rp 7 triliun. Perusahaan yang bergerak di bidang informasi teknologi ini akan melepas 14 miliar saham biasa. DNET akan memakai dana untuk masuk ke tiga perusahaan milik Grup Salim.

Nilai nominal saham rights issue itu sebesar Rp 250 per saham. Sedangkan harga pelaksanaannya Rp 500 per saham.

Dalam keterangan tertulis DNET pada Selasa (23/4), setiap pemegang 23 lembar saham lama berhak atas 1.750 HMETD, dengan 1 HMETD sebagai hak membeli 1 saham baru. Pemegang saham tersebut harus yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham (DPS) pada 5 Juni 2013.

DNET bakal memakai dana itu untuk ekspansi ke tiga perusahaan milik grup Salim. Pertama, sekitar 28,55% dana rights issue akan digunakan untuk membeli 35,84% saham PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST).

Kedua, 30,45% dana hasil rights issue akan digunakan untuk membeli 31,50% saham PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI).

Terakhir, sebanyak 37,65% dana hasil right issue untuk membeli 40% saham PT Indomarco Prismatama.

Adapun sisa dana hasil rights issue sebesar 3,35% akan menjadi modal kerja DNET.

Manajemen DNET mengatakan, ekspansinya ke Grup Salim itu mengingat selama lima tahun ini, kegiatan usahanya di bidang teknologi informasi tidak berkembang signifikan.

Oleh karena itu, perusahaan berencana melepas kegiatan usaha jasa akses internet, dan fokus dalam perusahaan yang bergerak di sektor konsumsi.

Dilusi besar

Rights issue ini memberikan risiko juga bagi pemegang saham lama. Jika pemegang saham tidak mengambil HMETD yang ditawarkan, maka mereka akan terkena dilusi sampai dengan maksimal 98,70%.

Sementara, yang akan bertindak sebagai pembeli siaga adalah PT Terra Konsuma Investama dan PT Buana Capital. Buana Capital juga menjadi penasehat keuangan.

DNET akan memintakan persetujuan pemegang saham pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di 24 Mei 2013.

Catatan saja, aset DNET sampai dengan akhir 2012 mencapai Rp 16,82 miliar. Angka itu hanya naik tipis  dari periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 16,70 miliar. Nilai aset ini sangat jauh sekali dibandingkan dengan target perolehan dana rights issue DNET yang mencapai Rp 7 triliun.

Sedangkan pendapatan DNET di 2012 turun 24,22%, dari Rp 18,37 miliar setahun lalu menjadi Rp 13,92 miliar. Laba bersihnya pun melorot lebih dari separuh, dari sebelumnya Rp 472 juta ke Rp 221 juta.

Investor rupanya sudah lebih dulu bergerak. Harga saham DNET telah melonjak 141,67% dalam waktu dua pekan. Akibatnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah memerintahkan penghentian sementara perdagangan saham DNET pada 22 April 2012. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×