Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Harga minyak dunia masih terus bergulat pada masalah kelebihan pasokan global. Berkurangnya jumlah rig pengeboran minyak Amerika Serikat (AS) tidak mampu memberi dampak signifikan pada pergerakan harga.
Analis PT Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan, masalah utama minyak masih seputar kelebihan pasokan global. Hal tersebut yang saat ini dilihat oleh pelaku pasar.
Energy Information Association (EIA) memperkirakan kelebihan pasokan minyak global tahun ini akan mencapai 1,75 juta barel per hari atau naik dari estimasi sebelumnya 1,5 juta barel per hari. "Secara fundamental harga minyak akan terus tenggelam. Ini menjadi hal yang mengerikan bagi industri minyak saat ini," kata Deddy.
Baker Hughes Inc. menyatakan jika jumlah rig pengeboran AS berkurang 28 menjadi 439 pada pekan lalu. Dalam satu setengah tahun terakhir, jumlah rig yang tidak beroperasi telah mencapai 1.000. Laporan Baker Hughes menunjukkan jika rig AS sudah turun selama delapan minggu berturut - turut.
Menurut EIA, produksi minyak AS turun 28.000 barel pekan lalu menjadi 9,19 juta barel per hari. Namun demikian, data pemerintah AS menunjukkan jika persediaan minyak di Cushing, Oklohama yang menjadi jalur penyimpanan minyak terbesar AS naik ke rekor sebesar 64,7 juta barel pekan lalu.
Produksi minyak AS terus meningkat meski rig pengeboran berkurang seiring dengan ditemukannya teknologi yang lebih efisien.
Deddy menilai berkurangnya rig pengeboran minyak AS belum memberi dampak secara signifikan. Apalagi negara lainnya belum melakukan hal yang sama.
AS terus mengurangi rig pengeboran lantaran produksinya sudah terlampau tinggi. Namun, shale oil AS menjadi saingan utama minyak OPEC. Adanya ekspor minyak AS menjadi awal pelemahan harga minyak dunia.
Jika kelebihan pasokan semakin parah, Deddy menduga harga minyak bisa bergulir pada US$ 15 - US$ 25 per barel hingga akhir tahun ini. "Harga tertinggi tahun ini kemungkinan di US$ 35 per barel," paparnya.
Mengutip Bloomberg, Senin (15/2) pukul 20.10 WIB, harga minyak WTI kontrak pengiriman Maret 2016 di New York Mercantile Exchange menguat 1,4% ke level US$ 29,87 per barel dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir, harga minyak naik 0,6%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News