kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45897,60   5,02   0.56%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Return reksadana terproteksi bisa turun, tetapi masih menarik


Jumat, 06 Maret 2020 / 20:44 WIB
Return reksadana terproteksi bisa turun, tetapi masih menarik
ILUSTRASI. reksadana terproteksi juga cocok bagi investor yang menginginkan imbal hasil yang terukur.


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rata-rata imbal hasil reksadana terproteksi yang baru meluncur di tahun ini berpotensi menurun seiring tren penurunan suku bunga sudah di depan mata.

Setelah The Fed memangkas suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin, pasar juga memproyeksikan Bank Indonesia (BI) juga akan memangkas suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate. Kekompakkan para bank sentral memangkas suku bunga merupakan langkah antisipasi dampak negatif penyebaran virus corona yang makin meluas, termasuk Indonesia.

Baca Juga: Kinerja reksadana ini diprediksi membaik di bulan Maret

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, rata-rata imbal hasil reksadana terproteksi tahun lalu berada di 8%-9%. Untuk tahun ini, Wawan memproyeksikan imbal hasil turun ke 7%-8%.

Head of Investment Avrist Asset Management (AM) Farash Farich juga mengatakan, rata-rata imbal hasil reksadana berpotensi turun. Jika di tahun lalu rata-rata imbal hasil sekitar 8,5%, maka di tahun ini sekitar 8%.

"Untuk ke depannya, imbal hasil reksadana terproteksi juga akan mengikuti yield obliagsi yang menjadi basis reksadana terproteksi," kata Farash.

Di samping itu, tren penurunan suku bunga akan menjadi tantangan bagi Farash untuk mencari obligasi dari perusahaan berfundamental baik dan memiliki yield yang menarik.

Baca Juga: Prospek cerah reksadana pasar uang berkat virus corona

Meski imbal hasil berpotensi turun, Wawan yakin minat investor pada reksadana terproteksi akan terus tumbuh.

"Minat investor harusnya tetap besar pada reksadana terproteksi, meski imbal hasil berpotensi turun tetapi bunga obligasi pun juga ikut turun, jadi inevstasi ini masih menarik," kata Wawan.

Selain itu, reksadana terproteksi juga cocok bagi investor yang menginginkan imbal hasil yang terukur. "Di tengah masih riskannya ekonomi akibat dampak negatif virus korona, investor akan mencari instrumen invesatsi yang lebih minim risiko salah satunya ke reksadana terproteksi," kata Wawan.

Baca Juga: Ini strategi MI dengan kinerja reksadana pasar uang paling mantap

Apalagi dengan pajak yang lebih rendah dari pada investor langsung membeli surat utang.

"Di 2021 pajak reksadana terproteksi rencananya akan naik dari 5% ke 10%, tetapi saya optimistis pelaku pasar akan meminta keringanan pajak kembali dan pemerintah berpotensi menyetujui di tengah virus korona yang masih mengancam," kata Wawan.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dana kelolaan reksadana terproteksi mencapai Rp 151,57 triliun per Januari 2020. Jumlah tersebut naik 0,53% dari posis akhir tahun lalu yang sebesar Rp 150,77 triliun.

Wawan mengatakan, dana kelolaan reksadana terproteksi akan tumbuh lebih signifikan di kuartal II dan III seiring dengan ramainya penerbitan obligasi korporasi di kuartal tersebut.

Baca Juga: Reksadana pasar uang paling moncer sepanjang Februari 2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×