kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja reksadana ini diprediksi membaik di bulan Maret


Rabu, 04 Maret 2020 / 12:55 WIB
Kinerja reksadana ini diprediksi membaik di bulan Maret


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah mencatatkan kinerja yang kurang memuaskan di bulan Februari lalu, kinerja reksadana pendapatan tetap dan reksadana saham diprediksi bakal rebound di bulan Maret. 

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menjelaskan, ada beberapa katalis yang bisa mengangkat kinerja dari dua reksadana tersebut.

“Reksadana pendapatan tetap saya rasa akan kembali menjadi reksadana dengan pertumbuhan yang paling baik di bulan ini. Setelah Februari pertumbuhannya nyaris flat, karena hanya sebesar 0,13%,” kata dia kepada Kontan.co.id, Selasa (3/3).

Wawan bilang, kinerja reksadana pendapatan tetap bulan lalu yang stagnan terjadi seiring dengan aksi jual terhadap Surat Utang Negara (SUN) yang dilakukan oleh investor asing. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sepanjang Februari lalu, asing keluar dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 28,9 triliun.

Baca Juga: Reksadana pasar uang paling moncer sepanjang Februari 2020

Nah, belakangan Bank Indonesia (BI) juga sudah melakukan pembelian SUN. Karena itu Wawan lebih optimistis bahwa harga SUN akan kembali stabil. Sehingga pada bulan Maret, reksadana pendapatan tetap bisa mempunyai kinerja yang lebih baik.

Nah bagi reksadana saham yang babak belur dalam dua bulan pertama tahun 2020, nasibnya masih tergantung terhadap penyebaran virus corona. Wawan menyebut, kabar terbaru corona baik yang di Indonesia atau global punya pengaruh besar dalam kinerja reksadana saham.

“Tapi di bulan Maret juga ada laporan keuangan, pengumuman pembagian dividen, ditambah valuasi saham lagi murah. Ini bisa jadi nilai plus dan membuat reksadana saham ada potensi tumbuh positif pada Maret ini,” jelas Wawan.

Sementara untuk reksadana pasar uang, Wawan melihat pertumbuhannya masih konsisten. Seperti diketahui, kinerja reksadana jenis ini pada bulan lalu berhasil menjadi yang tertinggi dibanding jenis reksadana lainnya. Tetapi Wawan juga mengingatkan ada sentimen negatif yang menghantui kinerja reksadana ini.

“Pertumbuhan reksadana pasar uang bisa sedikit terganggu dengan adanya penurunan suku bunga acuan yang dilakukan The Federal Reserve. Ini membuat BI akan menurunkan suku bunga lagi padahal kan kemarin baru turunkan suku bunga,” tegas dia.

Seperti diketahui, Selasa (3/3) The Fed secara mengejutkan pangkas suku bunga 50 bps. Alhasil, kini suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) berada di kisaran 1%-1,25%.

Baca Juga: Prospek cerah reksadana pasar uang berkat virus corona

Dengan kondisi saat ini, Wawan merekomendasikan investor melakukan diversifikasi produk dengan berinvestasi 5:3:2, yakni 50% pada reksadana pendapatan tetap, 30% reksadana pasar uang, dan 20% reksadana saham.

“Baik reksadana obligasi atau terproteksi punya potensi paling baik, reksadana pasar uang ini menarik untuk menjaga likuiditas. Lalu bagi yang ingin investasi long term, bisa masuk ke reksadana saham karena valuasi saham yang sedang murah,” pungkas Wawan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×