kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Return obligasi pemerintah capai 19%


Senin, 03 Oktober 2016 / 07:26 WIB
Return obligasi pemerintah capai 19%


Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

BANDUNG. Keuntungan investasi pada obligasi pemerintah mencapai 19% sepanjang 2016. Nilai ini unggul ketimbang negara lain dalam satu kawasan.

Obligasi pemerintah dengan mata uang lokal India, misalnya, hanya membagikan return 11,8% pada periode yang sama year to date (YTD) 23 September 2016. Demikian juga dengan return obligasi pemerintah Malaysia yang sebesar 6%.

Adapun return obligasi Thailand dan Taiwan masing-masing mencapai 5,6% dan 4,1%. Juga, return obligasi Filipina mencapai 10,2%, Tiongkok sebesar 4% dan Korea sebesar 5,6%.

Head of Fixed Income Research PT Mandiri Sekuritas Handy Yunianto mengatakan pasar obligasi domestik tahun ini dipengaruhi oleh fundamental ekonomi domestik dan global yang masih positif. Seperti, turunnya laju inflasi, dimana secara year to date (YTD) Agustus tercatat 1,78% atau masih di bawah target Bank Indonesia (BI).

"Sehingga masih terbuka peluang BI untuk melakukan pemotongan bunga," ujar Handy, Bandung.

Di sisi lain, suplai dan demand obligasi pemerintah masih stabil. Kekhawatiran rencana pemerintah menambah porsi penerbitan obligasi akibat membengaknya defisit diprediki tak akan mempengaruhi pasar obligasi. Pasalnya, pemerintah telah menetapkan strategi front loading sehingga tekanan suplai obligasi menurun.

Handy menghitung dengan kenaikan defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) menjadi 2,7%, maka pemerintah perlu menerbitkan obligasi sebesar Rp 653 triliun. Sedangkan penerbitan surat berharga negara (SBN) hingga 27 September 2016 telah mencapai Rp 596 triiun atau 95% dari target total penerbitan dengan asumsi defisit APBN 2,5%.

"Dengan penambahan tersebut, pemerintah hanya perlu menerbitkan Rp 4 triliun per auction. Apabila lelang sukuk masih lima kali berarti total penerbitan Rp 20 triliun dan ditambah ORI (obligasi negara ritel) sekitar Rp 23 triliun," papar dia.

Sementara itu, permintaan obligasi pemerintah dari investor lokal juga meningkat pascapenerbitan aturan otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait minimum investasi infustri keuangan non bank (IKNB) di SBN. Adapun investor asing masih masuk lantaran tingginya real yield obligasi Indonesia dibandingkan negara emerging market lainnya.

"Asing banyak masuk ke tenor panjang dan merupakan investor jangka panjang," tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×