kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Resesi ekonomi di depan mata, simak kata sejumlah analis ini


Kamis, 24 September 2020 / 05:55 WIB
Resesi ekonomi di depan mata, simak kata sejumlah analis ini


Reporter: Kenia Intan | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia dapat dipastikan mengalami resesi. Mengutip catatan Kontan.co.id sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 masih akan kontraksi hingga minus 2,9%.

Oleh karenanya, secara teknis Indonesia dapat disebut mengalami resesi karena sudah dua kuartal berturut-turut mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang negatif. Asal tahu saja, pada kuartal sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat minus 5,23%

Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengamati sentimen negatif dari resesi belum tergambar dalam IHSG. Menurutnya, IHSG yang tertekan akhir-akhir ini cenderung dipengaruhi oleh sentimen global, seperti penambahan kasus Covid-19 di dunia terutama di Eropa.

Selain itu, beberapa negara memiliki rencana untuk melakukan lockdown kembali. Hal ini dikhawatirkan akan mempengaruhi ekonomi global dan berdampak ke Indonesia.

Baca Juga: Mandiri Investasi memprediksikan IHSG menyentuh 5.400 di 2020 dan 6.200 tahun depan

Sementara itu dari domestik, IHSG diperberat pengetatan PSBB yang dilakukan oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta. Walaupun penerapannya tidak seketat seperti PSBB di awal masa pendemi, pengetatan tersebut tetap mempengaruhi aktivitas ekonomi. Sehingga berdampak memberatkan IHSG.

Menurut Hans Kwee, sentimen negatif dari resesi akan berpengaruh signifikan ke IHSG jika realisasi pertumbuhan ekonomi di kuartal III terkikis cukup dalam, misalnya saja di atas minus 2%. Jika hal itu terjadi, maka IHSG berpeluang tertekan ke level 4.400 hingga 4.600.

Sebab tadinya, pelaku pasar berharap Indonesia akan terbebas dari resesi memasuki kuartal IV 2020. Akan tetapi, melihat kondisi sejauh ini harapan tersebut belum bisa terwujud. "Oleh karenanya pasar akan tertekan," jelas Hans Kwee kepada Kontan.co.id, Rabu (23/9).

Walaupun IHSG punya peluang turun hingga level 4.400, di akhir tahun IHSG berpotensi kembali naik dan ditutup di level 4.900 hingga 5.000.

Proyeksi ini mempertimbangkan rencana lockdown di berbagai negara yang diyakini Hans Kwee tidak akan seketat lockdown sebelumnya. Oleh karenanya, kegiatan ekonomi tidak akan terlalu tertekan.

Sementara itu, Head of Research  FAC Sekuritas Indonesia Wisnu Prambudi Wibowo melihat sentimen negatif dari resesi sudah memperberat IHSG selama bulan September ini. Ke depan, IHSG masih berpotensi melanjutkan pelemahan ke level support terdekat 4.500 hingga 4.700.

"Peluang turunnya masih terbuka lebar. Kalau di September ada peluang ke 4.300 hingga 4.500," ungkap Wisnu ketika dihubungi Kontan.co.id, Rabu (23/9).

Baca Juga: Wall Street bergerak tipis, kenaikan Dow Jones jadi sinyal positif perkembangan makro

Wisnu mengamati, sepanjang bulan September 2020, IHSG sudah mengalami tekanan dari investor asing yang mencatatkan net sell yang cukup besar, mencapai sekitar Rp 12,1 triliun. Jumlah tersebut jauh lebih besar dibandingkan net sell bulan Agustus yang tercatat sekitar Rp 5,5 triliun.

Walau IHSG akan tertekan dalam waktu dekat, keduanya kompak memperkirakan pergerakan IHSG di tahun 2021 akan lebih baik dibandingkan  tahun 2020 ini.

Hans Kwee bilang, IHSG yang membaik terdorong pemulihan yang mungkin terjadi di kuartal I 2021. Sementara itu, Wisnu memperkirakan perkembangan vaksin dapat menjadi sentimen yang mengerek pasar tahun depan.

Disarankan buy on weakness

Menyikapi kondisi pasar yang berpotensi tertekan, Hans Kwee menayarankan investor untuk lebih berhati-hati dan jangan agresif. Investor disarankan menunggu dan buy on weakness.

Adapun sektor yang masih menarik adalah sektor perbankan dengan saham-saham seperti BBCA, BBRI, BBNI, dan BMRI.  Menurutnya, saham perbankan akan menjadi sektor yang paling cepat pulih setelah kondisi membaik.  Ia pun menyarankan masuk saham perbankan untuk jangka waktu satu hingga dua tahun.

Baca Juga: Target kinerja bank sudah memperhitungkan kemungkinan resesi ekonomi

Hans Kwee melihat sektor properti juga menarik saat ini karena harganya yang sudah murah. Saham yang disarankan seperti BSDE, ASRI, dan PWON. Ia pun merekomendasikan saham-saham sektor properti itu untuk jangka waktu yang panjang, dua hingga tiga tahun.

Sementara itu, di tengah kondisi seperti saat ini Wisnu memberikan dua alternatif saran, yakni mencicil beli dan wait and see. Untuk investor yang menggunakan startegi jangka panjang, bisa memanfaatkan momen penurunan harga untuk mencicil beli saham-saham yang murah.

Ia pun menjagokan saham-saham sektor telekomunikasi seperti TLKM, XL, dan Indoset. Ada juga saham sektor barang konsumen yang menarik seperti INDF dan ICBP. Di sisi lain, investor bisa juga wait and see hingga kondisi pasar kembali pulih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×