kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   0,00   0,00%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Rencana Trump dekati Arab Saudi dan Rusia berhasil sokong harga minyak WTI


Jumat, 20 Maret 2020 / 09:50 WIB
Rencana Trump dekati Arab Saudi dan Rusia berhasil sokong harga minyak WTI
ILUSTRASI. Ilustrasi harga minyak WTI menguat tajam


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak mentah khususnya jenis West Texas Intermediate (WTI) naik lebih tinggi pada di akhir pekan ini. Hal ini juga memperpanjang kenaikan setelah melonjak 24% pada hari sebelumnya, 

Mengutip Reuters, Jumat (20/3) pukul 09.15 WIB,  harga minyak jenis WTI kontrak pengiriman Mei 2020 naik 43 sen, atau 1,7% pada US$ 26,34 per barel. Sementara untuk harga kontrak pengiriman April 2020 naik 56 sen, atau 2% menjadi US$ 25,78 per barel. Kontrak bulan depan April berakhir nanti pada hari ini.

Sedangkan harga minyak jenis Brent untuk kontrak pengiriman Mei 2020 tergelincir 3 sen, atau 0,1%, menjadi US$ 28,44 per barel. Brent naik 14,4% pada hari Kamis dalam kenaikan satu hari terbesar sejak September tahun lalu.

Namun harga minyak Brent yang diperdagangkan di ICE Futures tersebut telah jatuh sekitar 16% di minggu ini setelah mencapai titik terlemah sejak 2003 pada Rabu (18/3).

Baca Juga: Perang harga minyak: Trump dekati Arab dengan diplomasi, Rusia dengan ancaman sanksi

Keperkasaan harga minyak datang setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan dirinya dapat campur tangan dalam perang harga antara Arab Saudi dan Rusia pada "waktu yang tepat."

Harga minyak mentah AS dan patokan global Brent telah jatuh sekitar 40% dalam dua minggu terakhir sejak pembicaraan antara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, OPEC+, termasuk Rusia, mogok yang menyebabkan Arab Saudi, pengekspor minyak terbesar dunia, meningkatkan pasokan.

Pemerintahan Trump sedang mempertimbangkan dorongan diplomatik untuk membuat Arab Saudi menutup keran dan menggunakan ancaman sanksi terhadap Rusia untuk memaksa mereka mengurangi produksi, Wall Street Journal melaporkan, mengutip sumber-sumber yang tidak dikenal.

"Sedikit pertanggungan yang wajar terjadi setelah Presiden Trump menyarankan dia dapat mengatasi krisis minyak dengan menjadi perantara kesepakatan antara Moskow dan Riyadh," Stephen Innes, kepala strategi pasar di AxiCorp, mengatakan dalam sebuah catatan.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×