kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rencana penerbitan global bond menggeliat, ini yang perlu diwaspadai


Rabu, 13 Januari 2021 / 08:40 WIB
Rencana penerbitan global bond menggeliat, ini yang perlu diwaspadai


Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten mengumumkan akan menerbitkan obligasi global berdenominasi mata uang asing atau global bond. Baru-baru ini, emiten tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex (SRIL) berencana menerbitkan surat utang baru dengan nilai pokok sebanyak-banyaknya US$ 325 juta.

Jumlah tersebut setara Rp 4,6 triliun menggunakan kurs tengah Bank Indonesia di level Rp 14.155 per dolar AS. 

"Setelah surat utang diterbitkan dan ditawarkan, surat utang tersebut akan didaftarkan dan dikutip dalam daftar resmi dari SGX-ST," tulis Presiden Direktur Sri Rejeki Isman Iwan Setiawan Lukminto dalam keterbukaan informasi, Senin (11/1).  

Terkait jadwal pelaksanaan Corporate Communication Sri Rejeki Isman Joy Citradewi mengungkapkan masih akan melihat perkembangannya lebih lanjut. "Kami akan lihat perkembangannnya ya," ujarnya ketika dihubungi Kotan.co.id, Selasa (12/1). Hal serupa juga berlaku terkait penggunaan dana yang dikantongi melalui penerbitan global bond ini. 

Baca Juga: Sri Rejeki Isman (SRIL) akan menerbitkan obligasi US$ 325 juta

Emiten tekstil lainnya PT Pan Brothers Tbk (PBRX) juga berniat menerbitkan obligasi global senilai US$ 350 juta. Obligasi bertenor lima tahun itu rencananya akan dicatatkan di Singapore Exchange Securities Trading Limited (SGX-ST).

Pan Brothers akan menggunakan dana hasil penerbitan obligasi untuk membiayai utang sindikasi sebesar US$ 138,5 juta belum termasuk bunga dan biaya terkait yang perlu dibayarkan. Adapun besaran bunga dan biaya lain yang harus dibayarkan mencapai US$ 332.000 bulan Januari 2021 ini. 

Di sisi lain, dana akan digunakan untuk membiayai global notes dengan nilai pokok US$ 171,08 juta. Beban bunga dan biaya utang yang harus dibayarkan pada Januari 2021 sebesar US$ 6,5 juta. Jika target penerbitan tak maksimal, refinancing akan diprioritaskan untuk pembiayaan kembali global notes. 

Sebenarnya, langkah penerbitan global bond ini akan dibahas dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang dijadwalkan Rabu (6/1). Akan tetapi rapat tersebut ditunda hingga pengumuman lebih lanjut. 

Baca Juga: Penjualan masker sumbang 3% dari revenue Pan Brothers (PBRX)

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta mengungkapkan, pencarian dana melalui global bond menjadi salah satu alternatif yang menarik di tahun 2021. Mengingat, kondisi ekonomi berpeluang membaik di tahun 2021 sehingga emiten memiliki peluang untuk memperbaiki maupun meningkatkan kinerjanya. 

"Emerging markets kita potensial sekali. Kinerja pasar obligasi bisa unggul dibandingkan negara-negara maju karena return-nya yang menarik," ungkap Nafan kepada Kontan.co.id, Selasa (12/1). 

Lebih lanjut Nafan mengungkapkan, global bond sebenarnya akan menambah daya tarik emiten apabila digunakan untuk ekspansi. Akan tetapi, ia tetap mengapresiasi jika emiten menggunakannya untuk refinancing utang. Yang jelas, emiten harus memiliki good corporate governance (GCG) yang baik supaya setiap aksi yang dilakukannya berdampak positif untuk kinerja ke depan. 

Di sisi lain, investor perlu mengingat tingkat likuiditas kedua emiten. Mengingat belum lama ini lembaga riset menurunkan peringkat keduanya. 

Baca Juga: Sritex (SRIL) berencana terbitkan obligasi dolar senilai US$ 325 juta

Mengutip data dari Bloomberg, lembaga pemeringkat Moody's Investor Service memangkas Senior Unsecured Debt SRIL dari Ba3 menjadi B1 pada 23 Desember 2020. Peringkat B mencerminkan obligasi memiliki spekulatif elemen yang memiliki risiko kredit yang tinggi. 

Walau demikian, Nafan melihat likuiditas SRIL masih baik. Hal ini didukung kemampuan perusahaan dalam melaksanakan ekspansi bisnis. Di sisi lain, pangsa pasar ekspor SRIL masih kuat. 

Sementara untuk PBRX, lembaga pemeringkat Fitch Ratings memangkas peringkat PBRX menjadi CC dari sebelumnya CCC-. Mengutip Bloomberg, peringkat ini menandakan very high levels of credit risk

Nafan pun melihat, investor perlu mewaspadainya hingga PBRX mampu menunjukkan tanda-tanda ekspansi atau aksi korporasi lain yang berpotensi meningkatkan kinerja keuangannya ke depan. Sehingga risiko kreditnya dapat diminimalisir. 

Oleh karena itu, Nafan cenderung menyarankan hold saham PBRX dengan target harga Rp 272. Sementara untuk SRIL Nafan menyarankan maintain buy untuk jangka panjang dengan target harga Rp 358. 

Baca Juga: Pendapatan ditargetkan naik 10% pada 2021, ini strategi Pan Brothers (PBRX)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×