Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Menurutnya ekspansi ini masih akan terus berlangsung pada tahun depan. Hingga sembilan bulan 2020, ISAT telah menyerap Rp 5,9 triliun dari anggaran modal belanja Rp 9 triliun yang mayoritas digunakan untuk ekspansi. Tahun depan kemungkinan ISAT akan menyiapkan modal belanja senilai Rp 10 triliun dan mayoritas masih akan digunakan untuk ekspansi jaringan 4G
Dari sisi kinerja, Restu pun menilai saat ini tidak ada sentimen negatif yang membayangi kinera ISAT ke depan. Ia memperkirakan, ISAT dapat mencatatkan laba bersih pada tahun ini ditopang oleh efisiensi ketat dari ISAT yang terus dilakukan.
“Mungkin yang bisa jadi risiko adalah jika merger dengan Tri tidak sesuai dengan kesepakatan semula akan berujung pada koreksi harga saham di market. Sejauh ini pelaku pasar optimistis menyambut merger antara ISAT dengan Tri sehingga harga sahamnya cenderung naik belakangan ini,” tambah Restu.
Restu memproyeksikan pendapatan ISAT pada tahun lalu akan menyentuh Rp 27,15 triliun dan membukukan kerugian Rp 288 miliar. Sementara pada tahun ini, ISAT diperkirakan akan mengantongi pendapatan Rp 29,36 triliun dan bisa mencatatkan laba bersih sebesar Rp 119 miliar.
Baca Juga: Pemerintah dukung rencana merger Indosat dengan Tri
Lebih lanjut, Restu saat ini merekomendasikan underweight untuk saham ISAT dengan target harga Rp 5.130 per saham. Ia mempertimbangkan bahwa bottom line ISAT pada tahun 2020 masih akan negatif dan dari segi valuasi juga relatif tinggi. Target harga tersebut mencerminkan level EV/EBITDA sebesar 4,2x.
Sementara Peter melihat kenaikan saham ISAT belakangan merupakan hal yang wajar. Namun, perlu diperhatikan bahwa harga tersebut menyiratkan sekitar 8% dari biayanya telah dikeluarkan. Lalu, juga dengan asumsi bahwa merger dilakukan secara seimbang, bukan ISAT membayar secara premium.
“Dengan asumsi-asumsi tersebut, ISAT akan diperdagangkan pada 11,5x 2024 P/E, menurut kami angkat tersebut sudah fair seiring potensi upside dari pendapatan jika merger terjadi,” tambah Peter.
Walau optimistis dengan potensi dari merger, Peter menurunkan rekomendasi untuk ISAT menjadi hold dengan target harga Rp 5.250 per saham. Ia percaya, sekalipun harga sudah priced in, risiko dalam kesepakatan tersebut masih ada. Tak hanya Peter, analis Danareksa Sekuritas Niko Margaronis juga merekomendasikan hold dengan target harga Rp 4.900 per saham. Adapun pada perdagangan Kamis (14/1), saham ISAT diperdagangkan melemah 2,75% ke Rp 6.200 per saham.
Baca Juga: Begini tanggapan Tri Indonesia soal potensi mengembalikan frekuensi pasca merger
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News