Reporter: Dina Farisah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan bergerak tertekan diwarnai aksi profit taking pada perdagangan akhir pekan ini. Potensi koreksi tersebut tercermin dari indikator teknikalnya.
Lanjar Nafi, analis Reliance Securities mengatakan secara teknikal IHSG membentuk pola bearish meeting line pada upper bollinger bands dengan tekanan jual yang cukup besar. Indikator stochastic pun mengonfirmasi dead-cross dengan momentum tertekan pada indikator RSI.
"Sehingga IHSG diperkirakan mulai akan bergerak tertekan diwarnai aksi profit taking pada akhir pekan dengan range pergerakan 4840-4910." kata Lanjar dalam riset yang diterima KONTAN, Kamis (7/4).
IHSG dibuka cukup positif namun terlihat tertekan selama perdagangan dan ditutup melemah tipis 0.94 poin atau 0.019% ke level 4.867,28 dengan volume yang cukup tinggi.
Lanjar bilang, pelemahan USD membawa angin segar untuk investor asing dimana tercatat net buy terbesar pada bulan ini sebesar 681.13 miliar rupiah.
Harga komoditas tambang kembali naik seiring penguatan harga minyak setelah stok mingguan di AS menurun membuat investor kembali optimis pada emiten sektor pertambangan sehingga dapat memimpin penguatan sektoral pada hari ini hingga 2.1%.
Sementara, cadangan devisa Indonesia dirilis meningkat menjadi US$ 107,5 miliar dari US$ 104,54 miliar periode sebelumnya. Peningkatan ini disinyalir akibat emisi sukuk global sebesar US$ 2,5 miliar.
Sedangkan bursa Asia masih bergerak terkonsolidasi menjelang akhir pekan dengan mayoritas menguat tipis. Indeks saham di China melemah meskipun diakhir perdagangan secara tak terduga.
Cadangan devisa China meningkat pada Maret setelah tekanan capital outflow mereda disebagian besar mata uang Asia. USD kembali melemah pasca the Fed menegaskan tidak akan terburu-buru menaikkan suku bunga melihat kondisi pertumbuhan ekonomi global saat ini.
Sebaliknya, bursa Eropa dibuka optimis setelah kemarin berbalik naik pasca penegasan The Fed yang hati-hati menaikkan suku bunga dan akan kembali melihat kondisi pertumbuhan ekonomi global. Menurut Lanjar, Sentimen di akhir pekan akan lebih diramaikan oleh data neraca perdagangan di beberapa negara Eropa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News