Reporter: Dupla Kartini | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Harga nikel melorot dari posisi rekor sembilan bulan di pasar Asia. Pemicunya, pasar cemas permintaan China akan menyusut seiring spekulasi perlambatan ekonomi negara tersebut.
Kemarin, harga nikel untuk pengiriman tiga bulan di Bursa London Metal Exchange (LME) melorot 0,2% menjadi US$ 15.114 per metrik ton (MT) pukul 11.41 waktu Hong Kong. Sebelumnya, harga nikel melonjak ke posisi US$ 15.150 per MT. Ini merupakan harga tertinggi sejak Juni 2013.
Jika dibanding dengan akhir tahun lalu, harga nikel pun sudah naik sebesar 9%. "Harga nikel naik terlalu cepat dan besar. Pasar sudah terlalu jenuh," kata Tetsu Emori, Fund Manager di Astmax Asset Management Inc, seperti dikutip Bloomberg.
Analis komoditas, Ibrahim menilai, koreksi harga nikel wajar terjadi setelah ketegangan Ukraina mereda. Sebelumnya, nikel reli signifikan mengekor lonjakan harga minyak, akibat konflik di Ukraina. "Kini, harga nikel kembali mengikuti kondisi fundamental. Salah satunya, kondisi ekonomi China," paparnya.
HSBC manufacturing PMI China per Februari dilaporkan turun ke posisi 48,5, dari bulan sebelumnya 49,5. Ini level terendah tujuh bulan.
Selain itu, kemarin, China mempertahankan target pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 7,5%. Pelaku pasar sangsi China mampu mencapai target pertumbuhan dengan adanya kebijakan pengetatan kredit.
Analis komoditas dari UOB Kay Hian, Helen Lau memperkirakan, permintaan mineral mentah akan melambat dibanding tahun lalu.
Makanya, Ibrahim menduga, harga nikel berpotensi koreksi pada jangka pendek. Pasalnya, harga komoditas akan kembali digerakkan indikator ekonomi AS. Akhir pekan ini, AS akan merilis data produk domestik bruto kuartal IV-2013, yang diprediksi lebih bagus ketimbang kuartal sebelumnya. "Jika sesuai ekspektasi, dollar AS bisa menguat dan berefek negatif bagi komoditas termasuk pada nikel," paparnya.
Tapi, Ibrahim bilang, koreksi tidak akan tajam. Sebab, regulasi Indonesia melarang ekspor mineral mentah bisa menjadi penyokong harga. Hingga akhir pekan ini, harga nikel diprediksi bergerak US$ 15.000-US$ 15.165 per MT.
Secara teknikal, analis PT Megagrowth Futures, Wahyu Tribowo Laksono melihat, harga nikel masih cukup kuat. Bahkan, setelah menembus target US$ 15.000, nikel berpotensi menembus target resistance berikutnya di posisi US$ 15.580 per MT.
Wahyu bilang, moving average convergence divergence (MACD) berada di level 209, yang artinya masih positif. Hanya, indikator stochastic sudah jenuh beli (overbought) di level 95,5. Begitu pula, relative strength index (RSI) sudah di 73,5, yang mengindikasikan sudah jenuh beli.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News