Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah Brent turun di bawah US$90 per barel pada hari Kamis (7/9) dalam perdagangan yang tidak stabil. Menghentikan reli hampir dua minggu di tengah berbagai sinyal yang memperingatkan permintaan yang lebih lemah dalam beberapa bulan mendatang.
Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent menetap 68 sen atau 0,8% lebih rendah pada US$89,92 per barel, setelah diperdagangkan antara US$89,46 dan US$90,89.
Sedangkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) ditutup turun 67 sen atau 0,8% pada US$86,67 per barel, setelah diperdagangkan antara US$86,39 dan US$87,74.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Melonjak, Begini Potensi Pengaruhnya ke Anggaran Negara
Penurunan pada hari Kamis terjadi setelah sembilan sesi kenaikan berturut-turut di WTI dan tujuh kenaikan berturut-turut di Brent.
Harga juga telah melonjak di awal minggu ini setelah Arab Saudi dan Rusia, dua eksportir minyak terbesar di dunia, memperpanjang pengurangan suplai secara sukarela hingga akhir tahun.
Ini merupakan tambahan dari pemangkasan pada bulan April yang telah disepakati oleh beberapa produsen OPEC+ yang berlaku hingga akhir tahun 2024.
"Minyak mentah berjangka merasakan beberapa tekanan korektif dari level tertinggi baru dalam Indeks Dolar AS serta angka ekonomi yang lebih lemah dari zona euro, di mana aktivitas ekonomi tumbuh 0,1% vs 0,3% yang diharapkan," kata Dennis Kissler, senior vice president of trading BOK Financial.
Dolar menguat, mendorong yen ke level terendah 10 bulan dan mendorong euro dan sterling ke level terlemahnya dalam tiga bulan. Lantaran para investor memasang taruhan mereka pada ekonomi AS yang masih tangguh.
Baca Juga: Harga Minyak Sentuh Level US$ 90, Cek Saham Emiten Migas Rekomendasi Analis
Dolar yang lebih kuat meningkatkan biaya pembelian minyak dalam mata uang greenback bagi pemegang mata uang lainnya.
"Ketika saya mulai melihat ke depan, ada sinyal-sinyal yang mengatakan bahwa harga akan naik," kata John Kilduff, partner di Again Capital.
Para pelaku pasar juga mencerna data yang beragam dari China. Secara keseluruhan ekspor turun 8,8% di bulan Agustus secara tahunan dan impor berkontraksi 7,3%. Namun impor minyak mentah melonjak 30,9%.
"Angin telah diambil dari layar bulls semalam dengan meningkatnya ekspor produk China bulan lalu, meskipun impor minyak mentah meningkat," kata analis PVM Oil Tamas Varga.
Kekhawatiran tentang peningkatan produksi minyak dari Iran dan Venezuela, yang dapat menyeimbangkan sebagian dari pengurangan produksi minyak dari Saudi dan Rusia, juga membatasi pasar.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik, Defisit Anggaran Bisa Semakin Melebar
Permintaan AS, bagaimanapun, tetap kuat, karena stok minyak mentah turun 6,3 juta barel minggu lalu, turun selama empat minggu berturut-turut dan turun lebih dari 6% pada bulan lalu, data pemerintah menunjukkan.
"Saat ini, sangat sulit bagi kita untuk melihat faktor negatif karena keterbatasan pasokan," kata analis CMC Markets yang berbasis di Shanghai, Leon Li.
"Namun, kita perlu mempertimbangkan kemungkinan risiko-risiko permintaan seperti pada kuartal keempat, pasar dapat melambat ke musim sepi konsumsi minyak setelah permintaan musim panas berakhir."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News