Reporter: Yuliana Hema | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Relaksasi pelaksanaan pembelian kembali atau buyback saham tanpa RUPS yang dikeluarkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tampaknya tak mampu mendongkrak pasar saham Tanah Air.
Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy mengatakan buyback oleh emiten diharapkan akan menahan kejatuhan IHSG lebih dalam, tetapi sulit untuk mendongkrak indeks.
"Karena tidak harus dilakukan dalam waktu singkat, tetapi dalam rentang waktu tertentu dan bisa bulanan. Mungkin juga tidak jadi direalisasikan emiten," katanya kepada Kontan, Selasa (19/3).
Baca Juga: IHSG Rebound, Naik 1,42% ke 6.311 pada Rabu (19/3), SMRA, CPIN, BMRI Top Gainers LQ45
Budi menyoroti, jika buyback saham benar-benar dijalankan oleh emiten, setidaknya bisa memberikan sinyal kepada pasar kalau manajemen punya kas yang memadai.
"Ini juga menunjukkan komitmen manajemen untuk mengawal harga saham, terutama pada saat harga saham sedang murah atau bahkan sedang tidak dihargai pasar," tuturnya.
Menurutnya cara lain yang bisa dilakukan ialah aksi beli oleh pemegang saham pengendali dan ini bisa menjadi penahan yang lebih cepat direalisasikan kalau pemegang saham pengendali punya dana besar.
Pengamat Pasar Modal Satrio Utomo mencermati untuk melakukan buyback, emiten maupun konglomerat harus memiliki dana atau anggaran yang besar.
Baca Juga: IHSG Menguat, Disokong Sentimen Keputusan Buyback Tanpa RUPS
"Perlu dicermati apakah para emiten dan konglomerat itu punya uang atau tidak untuk buyback dan apakah mau membeli saham sendiri yang valuasinya sudah mahal," tutur Satrio.
Dia bilang saat ini harga saham-saham bank pelat merah termasuk BBCA sudah berada di fase krisis. Bahkan, banyak emiten big caps, seperti ASII yang sudah berada di fase krisis dan valuasinya murah.
Selanjutnya: Tiga Calon Emiten Baru akan Melantai di Bursa, Mana yang Prospektif?
Menarik Dibaca: 30 Ucapan World Down Syndrome Day Penuh Motivasi dan Semangat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News