kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Reksadana terproteksi ritel bisa jadi pilihan menarik bagi investor


Selasa, 29 Juni 2021 / 20:05 WIB
Reksadana terproteksi ritel bisa jadi pilihan menarik bagi investor
ILUSTRASI. Raiz Invest baru terbitkan reksadana terproteksi dengan harga terjangkau kepada nasabah ritel.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana terproteksi identik jadi instrumen investasi bagi investor institusi maupun nasabah perbankan yang memiliki tabungan jumbo. 

Namun, platform investasi keuangan PT Raiz Invest Indonesia mencoba mengubah hal tersebut dengan menerbitkan reksadana terproteksi dengan harga terjangkau kepada nasabah ritel.

CEO Raiz Invest Fahmi Arya Wicaksana mengatakan, reksadana terproteksi yang ditawarkan Raiz dapat dibeli dengan modal awal minimal Rp 1 juta. Tak hanya murah, pembelian reksadana terproteksi ritel di Raiz juga mudah karena transaksi dilakukan secara online melalui website Raiz. 

"Nasabah perbankan yang bisa mendapat tawaran produk reksadana terproteksi biasanya harus melewati syarat tertentu, jadi dibatasi. Padahal jumlah minimal pembelian produk ini bisa terjangkau, mulai dari Rp 1 juta juga tapi yang terjadi banyak investor ritel yang selama ini tidak bank jangkau, pasar ini yang Raiz coba tangkap," kata dia dalam media gathering virtual, Selasa (29/6).

Fahmi menargetkan, Raiz bisa meluncurkan satu reksadana terproteksi setiap bulannya dengan target penjualan ditetapkan Rp 1 miliar per produk. 

Baca Juga: Akes pembelian reksadana terproteksi kini mudah melalui Raiz

Dia membeberkan, saat ini Raiz sudah membuka komunikasi dengan 7 Manajer Investasi yang akan bekerjasama untuk meluncurkan reksadana terproteksi.

Pada kesempatan yang berbeda, Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, rencana tersebut merupakan kabar positif untuk industri reksadana, khususnya reksadana terproteksi. Apalagi, saat ini porsi investor ritel di reksadana terproteksi juga belum besar.

Maklum saja, nasib reksadana terproteksi tengah di ujung tanduk seiring adanya wacana relaksasi pajak obligasi dari 15% menjadi 10%. Hal ini berpotensi membuat investor institusi pada reksadana terproteksi keluar dan membeli obligasi sendiri karena punya tarif pajak yang sama, bahkan bisa lebih murah karena tidak ada manajemen fee dan custodian fee.

“Kalau bicara potensi minat dan prospek, jelas sangat menarik. Investor ritel kan kalau masuk ke obligasi korporasi atau SBN jelas kesulitan, karena modal yang besar. Dengan adanya tawaran bisa beli reksadana terproteksi dengan harga hanya Rp 1 juta, tentu menarik, apalagi dengan potensi imbal hasil reksadana terproteksi,” kata Wawan.

Wawan menjelaskan, untuk reksadana terproteksi dengan durasi tiga tahun, imbal hasil sekitar 6%-7% sudah bisa didapat investor setiap tahunnya. Angka tersebut jelas jauh lebih menarik jika dibandingkan deposito, yang saat ini bahkan hanya memberikan imbalan 3% saja.

Hanya saja, Wawan mengingatkan, tantangan untuk reksadana terproteksi ritel adalah persoalan mengedukasi serta risiko. Terkait edukasi, walaupun basis investor reksadana tengah tumbuh, kebanyakan investor baru memilih reksadana pasar uang sebagai instrumen pilihannya. 

Terkait risiko, dia menyebut, agen penjualan reksadana maupun MI harus bisa menjelaskan risiko reksadana terproteksi ke calon investor.

Baca Juga: Penawaran lelang sukuk lebih tinggi, pemerintah hanya memenangkan Rp 12,5 triliun

“Keamanan tentu jadi pertimbangan utama investor, khususnya investor baru. Apalagi, kemarin juga sempat ada reksadana terproteksi yang bermasalah karena perusahaan yang menerbitkan obligasi tidak bisa membayar,” imbuh dia. 

Oleh karena itu, Wawan merekomendasikan, sebaiknya investor maupun MI bisa meracik underlying reksadana terproteksi dengan berbagai produk obligasi. Misalnya, SBN dengan obligasi korporasi. Walaupun potensi imbal hasil bisa sedikit berkurang, tapi keamanan jauh lebih baik. Sehingga bisa lebih menarik bagi investor.

“Katakanlah, mungkin imbal hasilnya akan jadi 5%, tapi itu sudah sangat baik, apalagi di tengah kondisi pandemi seperti ini,” pungkas Wawan.

Selanjutnya: Reksadana pasar uang jadi reksadana dengan kinerja terbaik pada sepekan terakhir

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×