kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Reksadana Saham Turun, Reksadana Pendapatan Tetap Cetak Return Tertinggi Selama Mei


Senin, 05 Juni 2023 / 20:58 WIB
Reksadana Saham Turun, Reksadana Pendapatan Tetap Cetak Return Tertinggi Selama Mei
ILUSTRASI. Kinerja reksadana saham yang tercermin dari Infovesta Equity Fund Index terkoreksi 1,49% MoM di bulan Mei 2023.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana saham terkoreksi paling dalam di sepanjang Mei 2023. Sementara, return tertinggi dicatatkan oleh reksadana pendapatan tetap.

Performa reksadana saham kurang memuaskan di sepanjang bulan Mei 2023. Tekanan itu tidak terlepas dari kondisi pasar saham yang tengah bergejolak akibat sentimen global.

Mengutip data Infovesta Kapital Advisori, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai underlying asset reksadana saham tertekan hingga 4,08% month on month (MoM) di bulan Mei 2023. Sejalan dengan koreksi IHSG, kinerja reksadana saham yang tercermin dari Infovesta Equity Fund Index terkoreksi 1,49% MoM di bulan Mei 2023.

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani melihat beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan saham di bulan Mei lalu. Terutama ketidakpastian terkait plafon utang AS membuat gejolak di pasar saham domestik hingga akhirnya menimbulkan panic selling.

Baca Juga: Tinggalkan Saham dan Kripto, Investor Beralih Ke Aset Safe Haven Selama Mei 2023

Isu debt ceiling AS pertama kali mencuat di awal Mei 2023 ketika Menteri Keuangan AS Jannet Yellen memperingatkan pemerintah kemungkinan tidak bisa membayar semua tagihan secara penuh dan tepat waktu pada 1 Juni 2023.

Teranyar, pemangku kepentingan AS telah mengesahkan undang-undang plafon utang negara pada Sabtu (3/6) waktu setempat. Pemerintah AS setuju untuk menaikkan batas utang negara menjadi US$ 31,4 triliun dan menangguhkan batas utang hingga 2025.

Selain itu, tekanan di pasar saham juga berasal dari efek sell in May and go away. Investor mempercayai investasi saham memiliki pertumbuhan lebih baik selama periode November hingga April.

Arjun mengamati, sentimen negatif dari global yang menimbulkan panic selling serta efek sell in May and go away sering terjadi di pasar saham domestik. Hal tersebut secara historis telah terjadi sejak tahun 2012 hingga 2023.

“Efek ini sudah berlaku 7 kali di antara 12 periode bulan Mei tersebut. Akibatnya saham anjlok yang memberikan dampak negatif terhadap return IHSG dan reksadana saham,” kata Arjun kepada Kontan.co.id, Senin (5/6).

Baca Juga: Dana Kelolaan Bank Kustodian Turun

Sementara, kinerja reksadana pendapatan tetap secara umum yang diwakili oleh Infovesta 90 Fixed Income Fund Index bergerak positif 1,06% di bulan Mei 2023. Dari awal tahun hingga akhir Mei 2023 atau secara year to date (YtD), reksadana pendapatan tetap juga masih cetak return positif 3,03% YtD dibandingkan reksadana saham yang mencetak return negatif 3,17%.

Arjun menilai wajar hal ini karena fundamental ekonomi domestik sangat kuat seperti inflasi yang melandai terus secara konsisten. Serta, nilai tukar rupiah lebih stabil dan lebih kuat dibandingkan tahun yang lalu saat depresiasi rupiah lumayan tajam.

Tak hanya itu, real yield obligasi pemerintah Indonesia masih menarik para investor. Real yield dihitung berdasarkan yield obligasi pemerintah acuan 10 tahun setelah dikurangi tingkat inflasi.

Kondisi ekonomi domestik yang tangguh kemudian meningkatkan permintaan obligasi. Hal ini tercermin oleh kenaikan harga obligasi dan penurunan yield obligasi 10 yang masih berada dalam tren penurunan.

Baca Juga: NAB Reksadana Terproteksi Hingga April 2023 Naik, Dana Asing di SBN Jadi Pendorong

Investor asing juga memborong saham obligasi Surat Berharga Negara (SBN). Investor asing mencatat net buy sebesar Rp 67,79 trilliun secara YtD dan sebesar Rp 7,29 triliun secara bulanan di bulan Mei 2023.

Menurut Arjun, reksadana pendapatan tetap masih akan memberikan kinerja unggul pada tahun ini. Sebab, ketidakpastian terkait kondisi ekonomi global serta gejolak geopolitik dari luar negeri masih akan membuat investor maupun  domestik atau asing lebih memilih investasi safe haven asset seperti obligasi dibandingkan saham atau aset lain yang lebih berisiko.

Fundamental domestik Indonesia dinilai sangat kuat dan resilient. Investor domestik maupun asing akan terus memborong obligasi domestik terutama obligasi pemerintah yang dianggap sebagai aset aman. Risiko gagal bayar oleh pemerintah minim karena kekuatan fundamental domestik.

Baca Juga: Total NAB Reksadana Terproteksi Naik di 2023, Ini Faktor Pendorongnya

Secara bulanan per 31 Mei 2023, kinerja reksadana saham terpantau mencetak return minus 4,08% MoM, disusul reksadana campuran yang cetak hasil negatif 0,65% MoM. Sementara reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang kompak mencetak return positif masing-masing sebesar 1,06% MoM dan 0.36% MoM.

Adapun secara YtD hingga 31 Mei 2023, reksadana pendapatan tetap masih unggul dengan return tertinggi 3,03% YtD, disusul reksadana pasar uang dan reksadana campuran yang masing-masing hasilkan return positif 1,59% ytd dan 0,84% YtD. Sedangkan, reksadana saham terkoreksi lebih 3,17% YtD hingga akhir Mei 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×