Reporter: Nur Qolbi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Total nilai aktiva bersih (NAB) reksadana terproteksi memperlihatkan peningkatan sepanjang tahun 2023 berjalan. Hal ini berbeda dengan tahun 2022 yang mana total NAB produk ini cenderung menurun.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, total NAB reksadana terproteksi per April 2023 sebesar Rp 103,48 triliun. Jumlah ini meningkat sekitar 5% dari akhir Desember 2022 yang sebesar Rp 98,48 triliun.
Investment Specialist Sucor Asset Management Toufan Yamin mengatakan, kenaikan total NAB tersebut didorong oleh adanya produk-produk reksadana terproteksi yang baru diluncurkan tahun ini. Menurut Toufan, yang banyak berkontribusi pada pertumbuhan reksa dana terproteksi adalah nasabah institusi.
"Nasabah institusi memiliki kontribusi terbesar dalam pertumbuhan reksa dana terproteksi tahun ini melihat besaran dari reksa dana terproteksi yang baru diluncurkan sejak awal 2023," tutur Toufan saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (28/5).
Sementara itu, Direktur Panin Asset Management Rudiyanto melihat, yang menjadi pendorong kenaikan total NAB reksa dana terproteksi adalah bertambahnya investor berupa bank dan retail ke produk ini.
Baca Juga: Reksadana Pendapatan Tetap Layak Dipantau Ketika Suku Bunga Mencapai Puncaknya
"Reksadana terproteksi itu buy dan hold jadi faktor subscription dan redemption yang lebih berperan dalam kenaikan harga," ucap Rudiyanto.
Menurut Rudiyanto, dana reksadana terproteksi banyak ditempatkan ke instrumen obligasi negara dan obligasi korporasi. Tren yield obligasi yang cenderung turun pada tahun ini mendorong adanya kenaikan harga obligasi yang pada akhirnya menyebabkan kenaikan total NAB.
Rudiyanto menilai, reksa dana terproteksi tetap akan menarik ke depannya terutama bagi perbankan dan investor ritel. Pasalnya, reksadana ini memproteksi 100% pokok investasi investor pada saat jatuh tempo serta dapat dicairkan sebelum jatuh tempo tanpa jaminan adanya proteksi akan pokok investasi.
Toufan juga melihat masih ada kebutuhan dari nasabah institusi untuk melakukan investasi reksadana terproteksi. Apalagi, imbal hasil yang ditawarkan oleh obligasi terutama surat berharga negara (SBN) cukup menarik.
Di sisi lain, ia menilai, saat ini investor ritel cenderung beralih ke obligasi/sukuk ritel karena imbal hasil penerbitan seri baru cukup menarik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News