Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri reksadana tahun ini akan positif seiring dengan fundamental ekonomi yang juga diprediksi positif. Cerahnya prospek makro ekonomi Indonesia bisa turut mendongkrak kinerja reksadana saham dengan imbal hasil tertinggi ketimbang jenis lain.
Beben Feri WIbowo, analis Pasardana memprediksikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa terjaga di 5% dengan batas maksimal ia berharap bisa mencapai 5,3%. Pertumbuhan ekonomi tersebut salah satunya bisa berasal dari acara Asian Games 2018.
Di samping itu menurut Beben, pemerintah akan menggenjot pertumbuhan ekonomi di tahun ini karena kesempatan pemerintah untuk menurunkan suku bunga sempit. "Tahun ini jadi momentum presiden akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi di akhir masa kerjanya, dengan itu kita harapkan investasi kita dapat sentimen positif," kata Beben, Jumat (19/1).
Prediksi kondisi ekonomi yang positif akan menyetir investor pada instrumen investasi yang mengahasilkan return tinggi yaitu pada reksadana saham. Sebaliknya, jika secara fundamental prediksinya sudah negatif, maka instrumen akan lari ke instrumen investasi yang rendah risiko seperti reksadana pasar uang atau pendapatan tetap. "Fundamental yang positif ini jadi pertimbangan mengapa di 2018 reksadana saham bisa kembali unggul," kata Beben.
Beben memprediksikan reksadana saham di tahun ini bisa catatkan return 11,07%. Sementara, reksadana campuran 9,47% dan reksadana pendapatan tetap 7,98%.
Beben memproyeksikan di tahun ini manajer investasi akan lebih gencar memasarkan reksadana yang bersifat pasif seperti reksadana indeks dan ETF. Oleh karena itu dana kelolaan reksadana indeks di tahun ini memiliki potensi pertumbuhan yang lebih besar dibanding reksadana jenis lain.
"Sekarang MI sudah mulai konservatif masyarakat pun mulai melirik ke produk reksadana yang menerapkan strategi pasif," kata Beben.
Sementara, sentimen negatif yang mungkin menjadi tantangan bagi kinerja reksadana ke depan adalah mengenai sentimen surat utang Yunani. Beben menjelaskan sentimen Yunani terkait utang muncul tiga tahun sekali. "Sentimen Yunani muncul di 2015 dan sempat jadi drama yang memicu ketidakpastian pasar hingga IHSG sempat tertekan, sekarang memasuki 2018 apakah sentimen utang Yunani ini akan muncul atau tidak, ini yang jadi tantangan bagi kita," kata Beben.
Selain itu, Beben juga mengatakan sentimen negatif bisa datang dari kebijakan penetapan tingkat suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News