Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana pendapatan tetap di Pinnacle Persada Investama memberikan return 1,44% selama kuartal I 2023.
President & CEO Pinnacle Persada Investama Guntur Putra mengatakan, reksadana pendapatan tetap di Pinnacle berkinerja lebih baik dari indeks reksadana pendapatan tetap secara keseluruhan, yaitu 1,04%.
“Kinerja reksadana saham ETF di Pinnacle juga mencatatkan kinerja baik di tengah IHSG yang masih bergerak negatif di kuartal I 2023,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (4/4).
Guntur melihat, meskipun bervariasi, kinerja reksadana secara keseluruhan di kuartal I 2023 sebenarnya tercatat masih stagnan.
“Hal itu juga sejalan dengan kinerja IHSG yang secara YTD di kuartal I 2023 mencatatkan kinerja -0,66% dan indeks LQ45 juga mencatatkan kinerja 0,05%,” ungkapnya.
Baca Juga: Didukung Reksadana Saham, AUM Henan Putihrai Asset Management Melonjak di Kuartal I
Pinnacle mencatatkan dana kelolaan alias asset under management (AUM) selama kuartal I 2023 sebesar Rp 2,2 triliun.
Meskipun tak menyebutkan angka, Guntur mengatakan, capaian itu masih cenderung flat dibandingkan perolehan AUM Pinnacle pada Desember 2022 lalu.
“Secara rasio, AUM total reksadana Pinnacle sebesar 50% berasal dari reksadana exchange traded fund (ETF) dan saham. Sementara, 50% berasal dari reksadana pendapatan tetap dan pasar uang,” katanya.
Menurut Guntur, prospek kinerja reksadana masih cukup baik untuk sepanjang tahun 2023.
Sentimen yang mempengaruhi kinerjanya pun beragam, mulai dari ekspektasi tingkat kenaikan suku bunga dan tingkat inflasi global, serta fundamental perekonomian domestik.
“Tergantung kondisi pasar, secara aset kelas, tentu jenis reksadana bisa berubah kinerjanya di tahun 2023. Namun, kondisinya masih akan baik tahun ini,” ujarnya.
Guntur mengatakan, Pinnacle menargetkan pertumbuhan sekitar 20% - 30% di tahun 2023 untuk reksadana open end, termasuk reksadana ETF.
Untuk mencapai target itu, Pinnacle menerapkan strategi kuantitatif ke dalam proses investasi di reksadana, mulai dari pembentukan portfolio, penentuan underlying asset, dan juga pembobotan.
Dengan strategi kuantitatif, kata Guntur, Pinnacle dapat mengonstruksi portfolio optimal yang dapat beradaptasi sesuai dengan kondisi pasar.
Selain itu, Pinnacle juga melihat faktor global makro dan beberapa faktor lain dalam pembentukan portofolio, seperti momentum, value, quality, dan volatility.
Sementara, dalam pengelolaan reksadana berbasis obligasi, strategi Pinnacle berfokus di durasi obligasi yang dipilih sesuai dengan arah interest rate.
“Reksadana berbasi obligasi di Pinnacle seluruhnya berbasis surat berharga negara (SBN), karena salah satu faktor utama yang kami jaga adalah tingkat likuiditas,” imbuh Guntur.
Baca Juga: Reksadana Pendapatan Tetap Jadi yang Paling Moncer pada Kuartal I 2023
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News