Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana pendapatan tetap menarik dilirik di tahun 2023. Hal itu seiring pasar obligasi domestik yang akan terdorong ekspektasi melandai-nya inflasi.
Presiden dan CEO PT Pinnacle Persada Investama Guntur Putra mengatakan bahwa reksadana pendapatan tetap menarik seiring inflasi Amerika Serikat (AS) yang semakin terkendali. Tingkat inflasi AS mengalami penurunan diharapkan akan menjalar pada penurunan inflasi global.
Tren tingkat kenaikan suku bunga akan terbatas dan ini menjadi salah satu katalis positif di pasar obligasi. Pasalnya, yield secara overall mungkin mengalami penurunan dan harga obligasi mulai naik.
Dengan kondisi ini, Guntur menilai tentunya reksadana pendapatan tetap sangat menarik untuk dilihat. Salah satu faktornya, yield mungkin sudah mendekati puncak dan tren kenaikan tingkat suku bunga lebih terbatas.
"Berinvestasi di reksadana pendapatan tetap lebih banyak potensi upside daripada downside risk," imbuh Guntur kepada Kontan.co.id, Minggu (15/1).
Baca Juga: Reksadana Pendapatan Tetap Bisa Jadi Kelas Aset Terbaik di Tahun 2023
Guntur menjelaskan, Pinnacle sendiri selalu mengutamakan pendekatan strategi kuantitatif dalam pengelolaan portofolio reksadana. Artinya penerapan strategi akan beradaptasi dengan perubahan kondisi pasar.
Untuk reksadana berbasis obligasi, strategi Pinnacle fokus aktif pada permainan durasi, long ataupun short duration secara taktik sesuai dengan arah suku bunga. Strategi active duration dinilai secara taktis untuk mengoptimalkan kinerja reksadana.
Pada reksadana obligasi kelolaan Pinnacle secara keseluruhan berbasis Surat Berharga Negara (SBN) karena salah satu faktor utama yang dijaga adalah tingkat likuiditas.
Produk flagship atau unggulan Pinnacle obligasi berbasis SBN yaitu Pinnacle Indonesia Bond Fund yang hanya berinvestasi di SBN dengan menerapkan active duration strategy (long/short duration) secara taktis sesuai dengan arah suku bunga.
Disamping itu, terdapat produk reksadana Pinnacle Dana Obligasi Unggulan. Produk ini fokus di obligasi korporasi yang diklaim memiliki kualitas kredit yang baik.
Baca Juga: Tren Kenaikan Penjualan Reksadana Melalui Fintech Diproyeksi Berlanjut
Menurut Guntur, jika kondisi inflasi tetap terjaga dan mengalami penurunan, yield SUN tenor 10 tahun bisa di bawah 6.5% di tahun 2023. Sejauh ini, inflasi masih terkontrol dan terjaga. Sehingga diharapkan tren tingkat kenaikan suku bunga juga melonggar yang berdampak pada kenaikan yield tidak seagresif seperti di awal tahun 2022. Serta, dari sisi harga obligasi bisa mulai pulih.
Adapun data Infovesta Utama menunjukkan Reksadana pendapatan tetap berhasil mencetak return sebesar 2,01% di sepanjang tahun 2022. Performa reksadana pendapatan tetap hanya kalah dari reksadana pasar uang sebesar 2,71%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News