Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana pasar uang masih menjadi pilihan investor di tahun ini. Di situasi ketidakpastian aset pasar uang menjadi andalan.
Berdasarkan data Infovesta, kinerja indeks reksadana ditutup beragam selama 7 Februari – 14 Februari 2025. Indeks reksadana saham ditutup koreksi 0,47% week to week (WtW), reksadana campuran -0,03% wtw. Sedangkan, indeks reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang masing-masing tumbuh 0,33% wtw dan 0,11% wtw.
Pergerakan indeks reksadana belum banyak berubah dari awal tahun ini. Di sepanjang tahun atau secara year to date (ytd) hingga 14 Februari 2025, indeks reksadana saham terkoreksi -4,36% ytd, indeks reksadana campuran koreksi -1,37% ytd. Sementara itu, indeks reksadana pendapatan tetap catatkan pertumbuhan return 1,40% ytd dan indeks reksadana pasar uang tumbuh 0,68% ytd.
Baca Juga: Kinerjanya Tertekan Sejak Awal Tahun, Begini Proyeksi Kinerja Reksadana Saham
Direktur Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM), Eri Kusnadi melihat, kinerja reksadana pasar uang cukup masuk akal mencatatkan imbal hasil positif karena cenderung lebih stabil. Di pasar obligasi, pemotongan suku bunga Bank Indonesia (BI) dan dolar AS mulai melemah telah mendorong likuiditas jadi lebih baik.
Alhasil, investor asing kembali masuk dengan beli neto tercatat sebesar Rp 10,11 triliun di SBN dan Rp 4,60 triliun di SRBI berdasarkan data Bank Indonesia (BI) dari awal tahun hingga 13 Februari 2025. Sedangkan, investor asing tercatat jual neto Rp 7,59 triliun di saham.
Namun, Eri berujar, investor tetap perlu mencermati perkembangan terbaru di pasar khususnya dari Amerika Serikat (AS). Aset saham mungkin saja bisa memberikan return lebih baik, tergantung kondisi global dan regional.
Amerika telah mengguncang pasar keuangan di awal tahun ini, menyusul kebijakan Trump seputar tarif. Presiden AS ke-47 itu menerapkan tarif impor seperti kepada China, Kanada, dan Meksiko.
Pada reksadana pasar uang, Eri menyebutkan bahwa investor bisa mencermati produk dengan kombinasi antara obligasi dan deposito. Kombinasi aset tersebut dapat membantu reksadana pasar uang berikan imbal hasil lebih baik.
Baca Juga: Kinerja Reksadana Cukup Beragam Sejak Awal Tahun, Ini Sentimen Penggeraknya
"Kami rasa obligasi dan deposito dalam reksadana pasar uang masih bisa menjadi pilihan ideal untuk memberikan kombinasi return dan likuiditas," jelas Eri saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (21/2).
Eri mengungkapkan, Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM) sendiri memiliki produk unggulan di kelas aset pasar uang yakni Reksa Dana Batavia Dana Kas Maxima. Produk ini mengelola Asset Under Management (AUM) cukup besar sekitar Rp 12 triliun.
BPAM akan terus mempromosikan kualitas pengelolaan yang baik, kualitas portofolio yang baik, serta likuiditas yang tinggi sebagai strategi untuk menambah dana kelolaan. Secara keseluruhan, BPAM mengelola AUM sebesar Rp 33,68 trilliun per akhir Januari 2025.
Menurut Eri, saat ini lini produk untuk reksadana kelas aset pasar uang sudah cukup. Dengan demikian, Batavia Prosperindo belum memiliki rencana untuk menambah produk baru di kelas aset ini.
Selanjutnya: Upaya BI Perkuat Sinergi dalam Menjaga Stabilitas Harga dan Ketahanan Pangan
Menarik Dibaca: Hujan Guyur Kota Jogja dan Sekitarnya Mulai Pukul 1 siang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News