Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana pasar uang dan deposito kini menjadi opsi menarik untuk investasi jangka pendek. Kedua instrumen ini menawarkan keamanan dana saat pasar volatil sekaligus berpotensi memberikan imbal hasil optimal.
Menurut riset Infovesta, hingga Mei 2024, imbal hasil indeks reksadana pasar uang mencapai 1,93% year to date (ytd), lebih tinggi dibandingkan reksadana pendapatan tetap yang hanya 0,83% ytd.
Sebaliknya, reksadana campuran dan saham mengalami penurunan masing-masing sebesar 2,23% ytd dan 8,26% ytd.
Chief Investment Officer PT BRI Manajemen Investasi, Herman Tjahjadi, menjelaskan bahwa tingginya suku bunga mendukung performa reksadana pasar uang.
Baca Juga: Kinerja Indeks iShare MSCI Indonesia ETF (EIDO) Turun Imbas Pelemahan IHSG dan Rupiah
“Karena umumnya volatilitas harga ataupun imbal hasil dari obligasi dengan tenor di bawah satu tahun atau pasar uang cenderung lebih terjaga,” ujar Herman kepada Kontan.co.id, Jumat (21/6).
Herman menambahkan, reksadana pasar uang masih memberikan tingkat pengembalian yang positif dan stabil, meskipun di tengah kondisi suku bunga tinggi dan volatilitas pasar.
Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Dimas Ardhinugraha, menyebut reksadana pasar uang cocok untuk menumbuhkan modal dalam jangka pendek.
“Dana untuk keperluan jangka pendek sebaiknya tak rentan terpapar fluktuasi,” ujarnya. Reksadana pasar uang menawarkan likuiditas dan potensi imbal hasil lebih tinggi dibandingkan tabungan.
Baca Juga: Direktur Utama KISI AM, Mustofa, Bagikan Tips Bertahan di Tengah Gejolak Pasar Modal
Namun, bagi mereka yang tidak ingin mencairkan dana sebelum jatuh tempo, deposito lebih disarankan. Dimas menekankan pentingnya menyesuaikan pilihan investasi dengan tujuan dan rencana keuangan individu.
Perbedaan mencolok antara kedua instrumen ini adalah penempatan dana dan fleksibilitas. Investasi di reksadana pasar uang bisa dimulai hanya dengan Rp 10.000, sedangkan deposito memerlukan minimal Rp 5 juta.
Reksadana pasar uang juga lebih fleksibel dibandingkan deposito yang memiliki jangka waktu penempatan tertentu dan penalti jika dicairkan sebelum jatuh tempo.
“Reksadana pasar uang seringkali disandingkan dengan deposito karena memiliki tingkat risiko dan potensi imbal hasil yang kurang lebih sama,” ungkap Dimas.
Reksadana Manulife Dana Kas II (MDK II) mencatatkan imbal hasil 4,31% selama setahun terakhir hingga Mei 2024, sementara bunga deposito bank besar di Indonesia sekitar 2,00% per tahun setelah pajak. Dari awal tahun hingga Mei 2024, MDK II mencatatkan imbal hasil 1,92% ytd, lebih tinggi dari tolak ukurnya sebesar 0,87% ytd.
Baca Juga: Ketidakpastian di Pasar Berlanjut, Berikut Saran Alokasi Aset Keuangan Saat Ini
BRI Manajemen Investasi menawarkan produk unggulan reksadana pasar uang seperti BRI Gamasteps Pasar Uang dan BRI Seruni Pasar Uang Syariah.
Kedua produk ini memadukan alokasi aset pada Surat Berharga Negara (SBN), obligasi korporasi di bawah satu tahun, dan deposito untuk menghasilkan imbal hasil optimal.
“Kedua produk tersebut tepat untuk investor yang memiliki profil risiko konservatif dan membutuhkan likuiditas tinggi,” kata Herman.
Baca Juga: Strategi Trading & Investasi Beserta Saham Pilihan pada Pekan Pemilu & Pilpres
Dari awal tahun hingga Mei 2024, BRI Gamasteps Pasar Uang dan BRI Seruni Pasar Uang Syariah masing-masing mencatatkan imbal hasil 2,55% ytd dan 2,31% ytd, yang merupakan tertinggi kedua dan kedelapan di kelas aset pasar uang berdasarkan riset Infovesta.
Dengan demikian, reksadana pasar uang dan deposito tetap menjadi pilihan yang aman dan menguntungkan untuk investasi jangka pendek di tengah kondisi pasar yang tidak menentu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News