Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli
Reksadana pasar uang juga lebih fleksibel dibandingkan deposito yang memiliki jangka waktu penempatan tertentu dan penalti jika dicairkan sebelum jatuh tempo.
“Reksadana pasar uang seringkali disandingkan dengan deposito karena memiliki tingkat risiko dan potensi imbal hasil yang kurang lebih sama,” ungkap Dimas.
Reksadana Manulife Dana Kas II (MDK II) mencatatkan imbal hasil 4,31% selama setahun terakhir hingga Mei 2024, sementara bunga deposito bank besar di Indonesia sekitar 2,00% per tahun setelah pajak. Dari awal tahun hingga Mei 2024, MDK II mencatatkan imbal hasil 1,92% ytd, lebih tinggi dari tolak ukurnya sebesar 0,87% ytd.
Baca Juga: Ketidakpastian di Pasar Berlanjut, Berikut Saran Alokasi Aset Keuangan Saat Ini
BRI Manajemen Investasi menawarkan produk unggulan reksadana pasar uang seperti BRI Gamasteps Pasar Uang dan BRI Seruni Pasar Uang Syariah.
Kedua produk ini memadukan alokasi aset pada Surat Berharga Negara (SBN), obligasi korporasi di bawah satu tahun, dan deposito untuk menghasilkan imbal hasil optimal.
“Kedua produk tersebut tepat untuk investor yang memiliki profil risiko konservatif dan membutuhkan likuiditas tinggi,” kata Herman.
Baca Juga: Strategi Trading & Investasi Beserta Saham Pilihan pada Pekan Pemilu & Pilpres
Dari awal tahun hingga Mei 2024, BRI Gamasteps Pasar Uang dan BRI Seruni Pasar Uang Syariah masing-masing mencatatkan imbal hasil 2,55% ytd dan 2,31% ytd, yang merupakan tertinggi kedua dan kedelapan di kelas aset pasar uang berdasarkan riset Infovesta.
Dengan demikian, reksadana pasar uang dan deposito tetap menjadi pilihan yang aman dan menguntungkan untuk investasi jangka pendek di tengah kondisi pasar yang tidak menentu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News