Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Euforia pasar atas kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) yang tetap menjalankan stimulus moneter di AS pada pekan lalu, ikut berdampak pada kinerja reksadana. Pergerakan aset dasar instrumen reksadana yang positif dalam sepekan terakhir, ikut mempengaruhi return yang bisa digenggam oleh investor.
Analis Infovesta Utama, Viliawati mengatakan, kebijakan penundaan pemangkasan stimulus moneter tersebut memberikan dampak positif bagi pasar saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencetak kinerja harian sebesar 4,53%, sehari pasca pengumuman kebijakan tersebut.
Tapi, karena faktor ekonomi domestik yang belum stabil, mengakibatkan sentimen penundaan tapering off hanya bersifat sementara. Akibatnya, rata-rata return reksadana saham terlihat turun pada sepekan terakhir. Berdasarkan data Infovesta Utama, di periode 13 September - 20 September 2013, return reksadana saham tercatat 5,16%. Angka ini memang turun dibanding pekan sebelumnya (periode 6 September -13 September 2013) yang 8%.
Sebelum ada kepastian kebijakan stimulus dari The Fed, return reksadana saham bahkan sempat tercatat negatif. Kendati demikian, rata-rata indeks reksadana saham di pekan lalu mampu mengungguli indeks IHSG yang sebesar 4,76% pada periode yang sama. "Meski mencetak kinerja positif, kinerja indeks reksadana sahamdi pekan lalu tidak sekencang pekan sebelumnya," ujar Vilia, kemarin.
Vilia menduga, kondisi itu disebabkan pasar saham telah rebound pada dua pekan sebelumnya sejak awal September. Karena sudah naik sudah cukup tinggi, kenaikan IHSG selanjutnya menjadi terbatas. "Sehingga return reksadana saham terlihat mengalami penurunan," ujar Vilia.
Masih Fluktuatif
Tak hanya reksadana saham, kinerja reksadana pendapatan juga. Rata-rata imbal hasil reksadana pendapatan tetap sepanjang pekan lalu tercatat naik menjadi 1,75% ketimbang pekan sebelumnya yang sebesar 1,36%.
Peningkatan return itu ditopang oleh kenaikan harian indeks reksadana pendapatan tetap pada 16 September dan 19 September yang mencatatkan kenaikan harian yang cukup tinggi. "Sebab pasar obligasi sebagai aset dasar reksadana pendapatan tetap mendapat sentimen positif kala itu," ujar vilia.
Hans Kwee, Direktur Emco Asset Management mengatakan, nilai tukar rupiah yang sempat menguat terhadap dollar AS membuat investor asing kembali masuk ke pasar obligasi. Akibatnya, harga obligasi naik dan return reksadana pendapatan tetap ikut merangkak naik.
Meski begitu, Vilia bilang, pasar reksadana masih akan bergerak fluktuatif hingga akhir tahun ini. Rilis data indikator ekonomi global dan domestik serta perkembangan mengenai batasan utang AS masih membayangi industri reksadana.
Prediksi Hans, rata-rata return reksadana saham sepanjang tahun ini bisa berkisar 15% hingga 20%. Sedangkan, imbal hasil reksadana pendapatan tetap bisa sekitar 7% hingga 12 %.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News