Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Waskita Karya Tbk (WSKT) berencana merevisi target nilai kontrak baru tahun ini. Sebab hingga paruh pertama tahun ini, WSKT baru memperoleh 14,87% dari target tahun ini.
WSKT menetapkan target perolehan nilai kontrak baru sebesar Rp 55 triliun. Hanya saja, perolehan pada semester I-2019 baru sebesar Rp 8,18 triliun. "Ada rencana mau revisi target karena mundurnya beberapa pengadaan investasi," jelas Direktur Keuangan WSKT Haris Gunawan kepada Kontan.co.id, Rabu (14/8).
Haris mengatakan angka revisian tersebut masih dalam proses sehingga dia belum mau memberi secara detil. Yang jelas, beberapa proyek yang mundur adalah investasi jalan tol.
Baca Juga: Tol Kunciran-Serpong segera beroperasi, sejumlah proyek properti terangkat pamornya
Sekadar info, perolehan kontrak baru per semester I-2019 disokong oleh Bandara Juanda di Jawa Timur senilai Rp 623 miliar, Masjid Istiqlal senilai Rp 423 miliar, Bandara Hassanudin di Sulawesi Selatan senilai Rp 422 miliar, Jalan Tol Becakayu di Jawa Barat senilai Rp 773 miliar, Rest Area Tol Bakaheuni-Terbanggi Besar di lampung senilai Rp 343 miliar dan Revitalisasi Gedung olahraga Pelajar Ragunan di Jakarta senilai Rp 381 miliar.
Sementara itu, WSKT menargetkan penerimaan arus kas masuk pada tahun 2019 sebesar Rp 40 triliun termasuk di dalamnya dari proyek turn key yang penyelesaiannya di kuartal dua dan empat tahun ini.
Adapun proyek turn key yang ditargetkan selesai tahun ini diantaranya Pematang Panggang-Kayu Agung, Kayu Agung - Palembang Betung, Japek II Elevated, dan Kunciran-Parigi.
Baca Juga: Kasus KPK, Waskita Karya (WSKT) tegaskan 14 proyek tidak fiktif
Sedangkan realisasi turn key pada semester I-2019 sebesar Rp 7,49 triliun. Perolehan tersebut berasal dari Tol Cisumdawu, Tol Pemalang-Batang Paket 4 dan Tol Bakauheuni-Terbanggi Besar. WSKT juga baru menerima pembayaran Rp 259 miliar dari proyek LRT dan sebesar Rp 873 miliar dari proyek tol Salatiga-Kertasura.
Lebih lanjut, mengenai rencana penerbitan obligasi global, Haris bilang masih dalam proses pengadaan underwriter. Obligasi global tersebut akan diterbitkan senilai US$ 210 juta dengan tenor 7 hingga 10 tahun.
"Rencana penggunaannya untuk modal kerja, investasi jalan tol dan refinancing," imbuh Haris.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News