Reporter: Grace Olivia | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT PP Tbk (PTPP) resmi menerbitkan surat berharga perpetual (SBP) senilai Rp 1 triliun pada Selasa (17/4). Pembelian pertama instrumen SBP ini akan dilakukan oleh PT Ciptadana Asset Management melalui penerbitan Reksadana Penyertaan Terbatas (RDPT) senilai Rp 250 miliar.
Direktur Utama Ciptadana Asset Management Paula Rianty Komarudin menjelaskan, sejatinya perusahaan berniat menerbitkan RDPT senilai underlying asset SBP PTPP yaitu Rp 1 triliun.
"Tapi RDPT itu kan investornya hanya boleh paling banyak 49 pihak. Kalau jumlahnya Rp 1 triliun, nilai investasi per investor akan jadi besar. Kami inginnya investor ritel seperti dana pensiun atau asuransi yang kecil bisa masuk dengan nilai investasi minimum Rp 5 miliar," ujar Paula kepada Kontan.co.id, Selasa (17/4).
RDPT bertajuk Ciptadana Infrastruktur Indonesia ini menawarkan tingkat imbal hasil sebesar 8,25% nett per tahun. Pembayaran imbal hasil akan dilakukan setiap tiga bulan dan tidak memiliki waktu jatuh tempo. Surat berharga yang ditujukan untuk pembiayaan proyek-proyek infrastruktur PTPP ini diganjar rating A- oleh PT Pefindo.
Rianty mengatakan, saat ini, RDPT Ciptadana Infrastruktur Indonesia masih dalam tahap legalitas dokumen. Peluncuran produk rencananya akan dilaksanakan pada 14 Mei mendatang. "Kalau proses selesai lebih cepat, produk bisa launching lebih cepat juga," katanya.
Rianty mengaku minat investor terhadap total investor pada RDPT sangat tinggi. Saat ini, RDPT sudah habis terjual kepada sekitar 10 investor. "Tidak sulit sama sekali menjual produk ini. Investor yang paling banyak dari perusahaan asuransi dan sekitar 30% investor institusi asing," paparnya.
Setelah produk RDPT, sejumlah produk lain sudah ada dalam pipeline Ciptadana dengan total valuasi sebesar Rp 2 triliun untuk tahun ini. Di antaranya penambahan pada Dana Investasi Real Estate (DIRE) Ciptadana Properti Retail Indonesia senilai Rp 950 miliar, DIRE Gudang sekitar Rp 200 miliar-Rp 250 miliar, dan DIRE Hotel senilai Rp 100 miliar.
Ada juga penerbitan produk reksadana terproteksi (RDT) baru yang menurut Rianty sangat disukai para investor dengan profil seperti deposan.
"Tahun ini kan banyak surat utang maupun MTN yang jatuh tempo, ada sekitar Rp 10 triliun-Rp 11 triliun. Mereka pasti butuh refinancing, sehingga kami ambil kesempatan ini untuk menerbitkan RDT," ujar Rianty.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News