kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Raih dana dari penerbitan obligasi, Indosat (ISAT) mencoba kejar ketertinggalan


Selasa, 23 Juli 2019 / 19:19 WIB
Raih dana dari penerbitan obligasi, Indosat (ISAT) mencoba kejar ketertinggalan


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indosat Tbk (ISAT) sedang berusaha memperbaiki beban keuangan dan layanan telekomunikasi di semester II-2019. Bahkan, baru-baru ini ISAT merilis surat utang yang memiliki total Rp 3,38 triliun yang terdiri dari obligasi senilai Rp 2,59 triliun dan sukuk senilai Rp 794 miliiar. Dana segar dari obligasi ini akan digunakan untuk menambah belanja modal perusahaan yang tahun ini dialokasikan Rp 10 triliun. 

Hingga kuartal I-2019, ISAT telah menyerap Rp 2,2 triliun atau senilai 22% dari total alokasi capex pada tahun ini. Angka tersebut lebih besar 66,4% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Analis Panin Sekuritas Nico Laurens mengatakan, saat ini ISAT memang sedang mengejar ketertinggalan dari emiten pemain telekomunikasi lainnya, TLKM, anggota indeks Kompas100 ini, dan EXCL. Menurut Nico, ketertinggalan yang tampak dari ISAT ialah jumlah BTS yang dimiliki.

“Mereka lagi kejar ketertinggalan kepemilikan tower jadinya belanja modal ISAT sedang gede-gedenya  sekarang, bisa dua kali lipat dibanding periode biasa,” jelas Nico.

Terkait penerbitan obligasi, Nico berpendapat bahwa ISAT masih akan sering menerbitkan obligasi. Hal tersebut dikarenakan adanya kebutuhan ISAT untuk belanja modal yang besar, salah satunya untuk investasi tower mereka.

Nico juga bilang kinerja ISAT untuk beberapa tahun ke depan masih cukup berat. Menurutnya laba ISAT masih akan tertekan. Hanya saja, Nico optimistis dari sisi EBITDA secara perlahan masih tumbuh.

Dalam riset Indopremier Sekuritas (13/5), Paula Ruth menuliskan bahwa EBITDA Indosat lebih baik dari emiten telekomunikasi lainnya. Pada kuartal I-2019, ISAT mencatatkan EBITDA tumbuh 6% dari periode yang sama tahun lalu, sedangkan Telkomsel turun 5% dan EXCL turun 3%.

Meskipun masih tertinggal dari kompetitornya, Nico menilai masih ada prospek baik untuk ISAT ke depannya. Ia melihat kompetisi dari pemain di bidang telekomunikasi ini sudah tidak terlalu parah dari tahun-tahun sebelumnya.

“Di kuartal III-2018, dari sisi pendapatan per megabyte itu sudah tidak menunjukkan tekanan dibandingkan yang dulu,” jelas Nico.

Di sisa semester II-2019, Nico melihat fokus Indosat masih akan mengejar ketertinggalan dari kompetitor lainnya. Hal ini mengingat bahwa kualitas jaringan dan download data milik Indosat lebih rendah dibandingkan TLKM dan EXCL.

“Pelan-pelan kita lihat sudah ada pertambahan BTS sudah kelihatan terutama yang 4G,” ujar Nico.

Untuk saham ISAT, Nico dan Paula merekomendasikan hold terlebih dahulu. Nico mematok harga Rp 3.000 per saham, sedangkan Paula mematok di harga Rp 2.200 per saham. 

Nico beralasan, belanja modal yang tinggi bisa menyebabkan beban utang Indosat juga semakin besar. Sedangkan Paula memiliki alasan hold karena risiko leverage Indosat lebih tinggi dibandingkan TLKM dan EXCL.

Berbeda, riset Deutsche Bank pada 9 Mei 2019 merekomendasikan sell  di harga Rp 1.400 per saham. Raymond Kosasih dan tim menilai kerugian yang dialami oleh ISAT pada kuartal pertama tahun ini bisa berpotensi lebih buruk lagi. 

Selain itu, Raymond juga berpendapat jika ISAT tidak mengurangi tingkat utang, ISAT akan sulit untuk mengikuti rekan-rekannya sesama emiten telekomunikasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×