kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Rencana penjualan 3.000 unit menara Indosat (ISAT) masih dalam kajian


Rabu, 10 Juli 2019 / 19:24 WIB
Rencana penjualan 3.000 unit menara Indosat (ISAT) masih dalam kajian


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten telekomunikasi PT Indosat Ooredoo Tbk (ISAT, anggota indeks Kompas100) dikabarkan akan menjual 3.000 unit menara telekomunikasi. Deal Street Asia mengutip sumber yang mengetahui rencana ini melaporkan, nilai yang diincar dari penjualan menara ini sebesar US$ 300 juta atau Rp 4,24 triliun (kurs Rp 14.138 per dollar AS).

ISAT menetapkan harga penjualan rata-rata US$ 100.000 - US$ 200.000 untuk satu unit menara. Kisaran harga ini tergantung dengan lokasi, masa sewa, dan aspek-aspek lain dari menara tersebut.

Saat dikonfirmasi Kontan.co.id, manajemen ISAT belum mau memberi komentar detail mengenai kabar penjualan menara tersebut. Yang jelas, Group Head Corporate Communications ISAT Turina Farouk mengatakan, penjualan aset menara merupakan salah satu opsi pendanaan untuk ISAT. “Namun, saat ini, opsi tersebut masih sedang dalam kajian. Apabila sudah ada informasi lebih lanjut akan kami sampaikan kepada khayalak umum,” kata dia, Selasa (9/7).

Tahun ini, ISAT mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 10 triliun. Mayoritas capex tersebut yakni sebesar 88% akan digunakan untuk mengembangkan jaringan 4G. Berdasarkan catatan Kontan.co.id, saat masih menjabat Direktur Utama ISAT, Chris Kanter pernah mengatakan, penjualan menara BTS sebagai salah satu opsi pendanaan, di samping rights issue dan penerbitan obligasi.

Alasannya, pada 2019, ISAT masih akan terus mengembangkan jaringan 4G. Perusahaan ini ingin menambah sekitar 18.000 BTS 4G yang tersebar di 4.200 sites telekomunikasi, baik di Jawa dan luar Jawa.

Asal tahu saja, hingga akhir 2018, ISAT memiliki 17.050 BTS 4G di 376 kota dengan cakupan lebih dari 80% populasi masyarakat Indonesia. Dengan rencana penambahan BTS 4G tersebut, ISAT berharap dapat memiliki sebanyak 35.050 BTS 4G yang dapat mencakup 87% populasi hingga akhir tahun ini.

Per Maret 2019, ISAT telah memiliki 22.015 BTS 4G yang tersebar di 422 kota dengan cakupan populasi lebih dari 81%. Jumlah tersebut meningkat 144% secara tahunan dari periode sama 2017 yang sebanyak 9.019 unit BTS 4G.

Per kuartal I-2019, ISAT juga masih memiliki aset BTS 3G sebanyak 38.447 unit. Jumlah ini meningkat 23,77% secara year on year (yoy) dari 31.062 unit. Di sisi lain, BTS 2G ISAT berkurang 13,4% yoy, dari 24,294 menjadi 21.044. unit.

Sepanjang kuartal pertama 2019, Indosat Ooredoo juga sudah menyerap 22% capex atau sebesar Rp 2,2 triliun. Angka ini naik 66,4% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Berdasarkan Investor Memo Q1-2019, capex tersebut digunakan untuk peluncuran jaringan 4G yang intensif.

Untuk menjaring pendanaan tahun ini, belum lama ini, ISAT juga menerbitkan surat utang dengan total nilai Rp 3,38 triliun. Berdasarkan keternukaan informasi BEI, Jumat (5/7), penerbitan ini terdiri dari obligasi senilai Rp 2,59 triliun dan sukuk Rp 794 miliar.

Indosat menawarkan Obligasi Berkelanjutan III Indosat Tahap II tahun 2019 dalam empat seri. Obligasi ini merupakan bagian dari penawaran umum berkelanjutan Obligasi Berkelanjutan III Indosat dengan target dana sebesar Rp 7 triliun. Sebelumnya, ISAT menerbitkan obligasi tahap pertama dengan nilai Rp 1,5 triliun.

Sebagai informasi, tahun ini, ISAT juga berencana meningkatkan jumlah BTS yang terhubung dengan fiber optik menjadi hampir 30% dari jumlah site ISAT saat ini. Menurut Group Head Network Strategy, Architecture, and Solution ISAT Kustanto, dengan menggunakan teknologi fiber optik, kapasitas trafiknya menjadi jauh lebih besar. “Kami pasang 10 Gbps itu bisa bertahan bertahun-tahun. Kalau pelanggannya langsung tinggi dengan fiber optik itu sudah bisa terlayani. Kalau pakai microwave kapasitasnya hanya 200 Mbps,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×