Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
Dalam jangka panjang, nikel juga punya prospek menjanjikan. Permintaan nikel jangka panjang datang dari pengembangan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). Dalam upaya mengurangi emisi karbon, negara-negara maju, seperti Negara di kawasan Eropa, Amerika Serikat, dan China akan gencar mengembangkan EV.
Penjualan mobil listrik diperkirakan akan meningkat dari 1,7 juta unit pada tahun 2020 menjadi sekitar 8,5 juta unit pada tahun 2025. Permintaan mobil listrik bahkan diperkirakan bakal naik menjadi 25,8 juta unit pada tahun 2030.
Seiring dengan masifnya pengembangan kendaraan listrik, permintaan nikel pun akan menanjak.
Baca Juga: Kinerja operasional tumbuh, bagaimana rekomendasi saham United Tractors (UNTR)?
BRIDanareksa Sekuritas memperkirakan adanya tambahan permintaan nikel untuk baterai sekitar 255.000 ton dan 774.000 ton pada tahun 2025 dan 2030. Jumlah ini diperkirakan menyumbang 9% dan 22% dari total permintaan nikel global pada tahun 2025 dan 2030.
Pun demikian dengan komoditas timah. Harga timah diperkirakan solid seiring dengan naiknya permintaan timah yang kuat untuk elektronik disertai gangguan produksi tambang di negara-negara produsen utama seperti Malaysia dan Indonesia.
Namun, mengingat harga timah olahan sudah mencapai level yang tinggi, Stefanus memperkirakan harga timah akan moderat pada tahun 2022. Dus, Stefanus mengasumsikan harga timah olahan akan berada di level US$ 32.000 ton pada tahun ini dan akan melandai menjadi US$ 30.000/ton pada tahun depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News