Reporter: Avanty Nurdiana, Narita Indrastiti, Widiyanto Purnomo | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
BANDARLAMPUNG. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) telah merampungkan peningkatan kapasitas pelabuhan batubara dengan cara penambahan dermaga baru. Dermaga PTBA yang kini berkapasitas sekitar 210.000 dead weight tonnage (DWT) itu terletak di Pelabuhan Tarahan, Bandarlampung. Nilai investasi pembangunan dermaga baru ini mencapai Rp 2 triliun.
Menurut Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam Joko Pramono, penambahan kapasitas sandar kapal di Pelabuhan Tarahan dapat meningkatkan nilai kompetitif penjualan batubara PTBA di pasar domestik maupun produsen utama dari Australia.
"Konsumen dapat dilayani PTBA dengan kapal berkapasitas besar sehingga dapat meningkatkan efisiensi biaya transportasi batubara yang mereka beli," ujar dia. Bahkan, kapasitas dermaga milik Bukit Asam paling gede ketimbang Tanjung Priok, Tanjung Perak dan Belawan.
"Ini merupakan pelabuhan tuan rumah pertama di Indonesia bagi kapal berkapasitas 210.000 DWT (capsize)," ujar Ignasius Jonan, Menteri Perhubungan, kemarin. Sebelumnya, Pelabuhan Tarahan memiliki satu buah dermaga, yang hanya dapat disandari kapal berkapasitas 80.000 DWT (panamax) dan satu buah dermaga tongkang dengan kapasitas 10.000 DWT. Sehingga saat ini Pelabuhan Tarahan memiliki tiga dermaga, termasuk dermaga baru dengan kapasitas 210.000 DWT yang semuanya dapat beroperasi secara bersamaan.
Tahun ini, PTBA menargetkan jualan batubara sebesar 24 juta ton. "Namun kapasitas pengangkutan dari PT KAI hanya 16 juta sampai 18 juta ton, sisanya akan dipenuhi oleh anak usaha," jelas Joko.
Jumlah cadangan batubara Bukit Asam di Tanjung Enim, Sumatera Selatan 2 miliar ton dan cukup lebih dari 100 tahun. PTBA juga berencana membangun proyek Bukit Asam Transpacific Railways (BATR). Langkah ini untuk memperlancar distribusi dan meningkatkan penjualan batubara.
Menurut Joko, perusahaan ini sudah menganggarkan dana untuk pembangunan BATR pada 2015. PTBA bahkan sudah menganggarkan belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar Rp 5 triliun. Tak hanya menambah penjualan produk, PTBA juga terus melakukan efisiensi. Yakni dengan optimalisasi operasional dengan menggunakan energi listrik dari PLTU milik sendiri.
Saat ini, Bukit Asam telah memiliki tiga PLTU berdaya 10 MW (megawatt) di Tanjung Enim dan dua PLTU berdaya 8 MW di Pelabuhan Tarahan. Distribusi lewat kereta api Selain peningkatan kapasitas Pelabuhan Tarahan, Bukit Asam menambah fasilitas alat muat ke kapal (ship loader) dengan kapasitas 6.000 ton per jam. Sehingga kapal ukuran 210.000 DWT dapat terisi penuh dalam waktu kurang dari tiga hari.
PTBA juga membangun fasilitas pembongkaran batubara dari gerbong kereta api sebanyak dua unit dengan kapasitas bongkar dua gerbong sekaligus sehingga bakal mempercepat proses pembongkaran. Selama ini batubara dari Tanjung Enim, Sumatera Selatan diangkut ke pelabuhan Tarahan dengan kereta sepanjang 60 gerbong untuk setiap rangkaian dan masing-masing gerbong memuat 50 ton batubara.
Lydia J Toisuta, Analis JP Morgan dalam riset 26 Mei menyebutkan, PTBA juga akan meraih pendapatan dari bisnis listrik. "Penjualan listrik akan berkontribusi 15%-33% dari pendapatan selama lima tahun ke depan. Kami berharap, ini bisa lebih mengimbangi risiko harga batubara," ujar dia. Karena itu, dia menyarankan overweight saham PTBA di Rp 12.500 per saham. Rabu (10/6) harga PTBA turun 0,82% menjadi Rp 9.050 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News