kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Proyeksi rupiah di tengah minim sentimen


Minggu, 22 Februari 2015 / 14:11 WIB
Proyeksi rupiah di tengah minim sentimen
ILUSTRASI. Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan


Reporter: Namira Daufina | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Rupiah kembali melemah pada penutupan pasar akhir pekan lalu. Pelemahan ini masih imbas dari pemangkasan suku bunga yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada Selasa lalu (17/2).

Di pasar spot, Jumat (20/2) rupiah nyaris tidak bergerak dengan penguatan 0,04% terhadap dollar Amerika Serikat di level Rp 12.825 dibanding penutupan hari sebelumnya. Sedangkan di kurs tengah Bank Indonesia, rupiah melemah 0,35% menjadi Rp 12.849.

Menurut Suluh Adil Wicaksono, Analis Millenium Penata Futures, pelemahan yang terjadi pada Jumat masih dibayangi oleh turunnya suku bunga Indonesia menjadi 7,5%. Ketika sebuah bank sentral memangkas suku bunga maka lazimnya terjadi pelemahan mata uang tersebut di pasar.

“Pengaruh terbesar masih datang dari kebijakan itu,” kata Suluh. Saat ini pelaku pasar cenderung melepaskan mata uang rupiah dan beralih ke pasar aset berisiko seperti saham.

Di sisi lain, pertemuan bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve Kamis lalu memutuskan, berhati-hati dan tidak memberi sinyal percepatan kenaikan suku bunga. Oleh karena itu penurunan rupiah yang terjadi tidak terlampau dalam.

“Untuk Senin peluang rupiah koreksi masih terbuka,” kata Suluh. Ini jika melihat pada minimnya sentimen pada Senin kecuali pengaruh data indeks manufaktur AS yang rilis pada Jumat (20/2) lalu.

Pasalnya, rilis data PMI Flash Manufaktur bulan Januari 2015 menunjukkan adanya peningkatan menjadi 54,3 dari sebelumnya Desember 2014 yakni 53,9. Hasil ini juga lebih tinggi dari prediksi 53,7. Otomatis, dengan rilisnya data ini, dollar AS kembali menguat.

Sementara itu agenda BI baru akan ada pada awal Maret mendatang. “Tunggu rilis cadangan devisa dan inflasi,” jelas Suluh.

David Sumual, Ekonom Bank Central Asia (BCA) menilai pelemahan rupiah di akhir pekan juga karena tekanan Yunani dan Eropa. Belum adanya kesepakatan membuat pelaku pasar masih berburu dollar AS.

Menurut David, sebenarnya peluang kenaikan rupiah sudah terlihat. Dengan meredanya konflik KPK vs Polri seharusnya kekhawatiran terhadap rupiah mereda dan pasar bisa kembali mencari rupiah. Namun ini sepertinya tidak berefek besar akibat keputusan BI.

“Tekanan dari penurunan suku bunga lebih tinggi dari redanya kisruh politik Indonesia,” jelas David. Sehingga David menduga hari ini rupiah akan bergerak sideways cenderung stabil dengan peluang melemah tipis.

David menduga hari ini rupiah bergerak di kisaran support Rp 12.820 dan resistance Rp 12.880. “Kalau prediksi saya hari ini di antara Rp 12.700 – Rp 12.900,” tutup Suluh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×