Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Prospek bisnis dan saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) meningkat. Salah satu pemicunya adalah harga nikel yang diprediksi terus menanjak hingga tahun depan.
Pada transaksi Kamis (10/8), harga nikel di London Metal Exchange (LME) bertengger di posisi US$ 10.985 per ton, menguat 7,17% dalam sepekan. Sejak awal tahun hingga Kamis (ytd), harga nikel sudah terkerek hampir 10%.
Deutsche Bank memprediksi harga nikel pada tahun ini berada di kisaran US$ 9.829 per ton. Pada tahun depan, harga nikel berpotensi mencapai US$ 10.250 per ton.
Salah satu pemicu kenaikan harga mineral ini lantaran ada spekulasi pemerintah Filipina akan membatasi produksi nikel. Pemerintah setempat berniat menutup tambang-tambang yang tidak memenuhi aturan lingkungan.
"Kondisi itu akan mengurangi suplai di pasar, dengan asumsi volume permintaan tidak berubah, terutama dari China. Jadi semua tergantung Filipina," ujar Liyanto Sudarso, Investment Analyst MNC Asset Management kepada KONTAN, Kamis (10/8) lalu.
Larangan produksi nikel di Filipina bisa menghambat suplai di pasar global sekitar 20%. Hal ini menjadi kesempatan emas bagi emiten produsen nikel di Indonesia untuk mengerek penjualan.
Kenaikan harga nikel membuat prospek ANTM menarik. Ini lantaran kontribusi nikel ke total earning bisa mencapai sekitar 27%, sementara sumbangsih lain berasal dari produksi emas. "INCO juga bisa membalikkan arah, di mana laporan keuangan terakhir masih loss, bisa menjadi untung," ungkap Liyanto.
Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji menambahkan, proyeksi kenaikan harga nikel bisa menjadi sentimen positif bagi kedua saham. INCO berpeluang meningkatkan kinerja. "Apalagi, INCO mendapatkan sentimen positif dari membaiknya permintaan global terhadap tembaga, nikel timah dan aluminium," kata dia.
Per akhir Juni 2017, INCO membukukan pendapatan US$ 291,88 juta. Di sisi bottom line, INCO masih rugi bersih US$ 21,48 juta. Di akhir Juni 2016, INCO mencatatkan pendapatan US$ 246,84 juta dan rugi bersih US$ 20,04 juta.
Nafan memprediksi, pendapatan INCO hingga akhir tahun ini naik 10% year-on-year (yoy) menjadi US$ 647 juta. Adapun laba bersihnya diprediksi melonjak hingga 750% menjadi US$ 17 juta. "Rekomendasi untuk INCO maintain buy dengan target Rp 2.850," imbuh dia. Harga INCO kemarin Rp 2.550 per saham.
Nafan memprediksi pendapatan ANTM tumbuh 12% menjadi Rp 10,2 triliun di akhir 2017. Adapun laba bersihnya melonjak 327% menjadi Rp 278 miliar. Dia juga merekomendasikan buy ANTM dengan target Rp 930 per saham. Harga ANTM kemarin Rp 690 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News