Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Meski sehari sebelumnya harga minyak WTI tergerus lantaran dugaan IEA bahwa pasokan minyak mentah dari AS dikhawatirkan membanjiri pasar global, kini harga minyak WTI berhasil melambung lagi.
Dukungan datang dari optimisme Goldman Sachs Inc yang memandang pasar minyak tetap berpotensi defisit sepanjang tahun ini.
Mengutip Bloomberg, Kamis (9/2) pukul 13.24 WIB harga minyak WTI kontrak pengiriman Maret 2017 di New York Mercantile Exchange melesat 0,44% ke level US$ 52,57 per barel dibanding hari sebelumnya.
Dalam laporan terbarunya Goldman menuliskan, pasokan dari AS akan berhenti naik dan mulai menurun sejak Maret 2017 nanti. Hal ini akan seiringan dengan terhambatnya pembelian minyak mentah akibat dari keringnya pasokan menyusul langkah OPEC memangkas produksinya. Sehingga diduga defisit pasokan global ini akan terus menopang kenaikan harga minyak WTI di masa depan.
Prediksi ini berlandaskan pada perkiraan bahwa pembelian minyak mentah China sepanjang tahun 2017 akan sebanyak 47,74 juta ton yang artinya permintaan masih terjaga di saat pasokan mengempis.
“Kami tidak melihat terjadinya kelebihan pasokan dari AS yang membanjiri pasar global dalam beberapa waktu mendatang. Sementara di satu sisi yang terlihat jelas secara global adalah mulai mengetatnya produksi akibat langkah OPEC,” kata Damien Courvalin, Analis Goldman Sachs Inc seperti dikutip dari Bloomberg.
Meski demikian, harga minyak WTI tetap dibayangi koreksi mengingat laporan terbaru Energy Information Administration (EIA) mencatatkan stok mingguan minyak mentah AS naik 13,8 juta barel pekan lalu. Belum lagi produksi minyak AS yang naik sebesar 63.000 barel per hari menjadi 8,96 juta barel per hari pekan lalu.
Hal ini menyebabkan secara nasional stok minyak AS naik hingga 30 juta barel sejak awal tahun 2017 ini. Sehingga memang membuat pergerakan minyak mentah WTI cenderung terbatas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News