kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Langkah AS hambat laju harga minyak


Rabu, 08 Februari 2017 / 08:36 WIB
Langkah AS hambat laju harga minyak


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Harga minyak dibayangi oleh potensi kenaikan produksi dari Amerika Serikat (AS). Sementara produsen yang tergabung dalam OPEC tetap menjalankan pemangkasan produksi. Bila permintaan minyak naik, harga minyak masih bisa melesat.

Deddy Yusuf Siregar, analis Asia Tradepoint Futures, menilai harga minyak cenderung stabil. Selasa (7/2), per pukul 18.15 WIB, harga minyak WTI kontrak pengiriman Maret 2017 di New York Mercantile Exchange berada di level US$ 52,86 per barel, melemah 0,28% dibanding hari sebelumnya.

Dalam sepekan, harga cuma naik 0,09%. Maklum, belum ada sentimen yang cukup kuat menarik harga ke arah tertentu. Harga minyak masih dalam area konsolidasi antara US$ 50-US$ 55 per barel. Pasokan minyak masih cenderung naik, akibat peningkatan produksi di AS.

Energy Information Administration (EIA) memperkirakan produksi minyak AS di 2018 akan mencapai 9,3 juta barel per hari dari 9 juta barel per hari tahun ini. Tahun lalu produksi 8,9 juta barel per hari. Jumlah rig pengeboran minyak AS juga naik menjadi 583 unit. Ini angka terbesar sejak Oktober 2015.

Hal ini membuat penguatan harga minyak tertahan.Untungnya, produsen minyak OPEC dan sejumlah produsen non OPEC berkomitmen memangkas produksi 1,8 juta barel menjadi 32,5 juta barel per hari.

"Tapi harga minyak akan sulit menguat seperti diharapkan OPEC, yakni di level US$ 60 per barel," kata Deddy.

Sekadar mengingatkan, sebelum ini harga minyak sempat naik setelah sejumlah negara produsen minyak sepakat memangkas produksi. "Harga minyak sudah naik sekitar 20% sejak pemangkasan produksi disetujui pada akhir November 2016," papar Suluh Adil Wicaksono, analis Cerdas Indonesia Berjangka.

Ia menilai hal ini masih akan menjadi sentimen positif bagi harga.

Kenaikan permintaan

Kabar baik lainnya, OPEC meyakini permintaan minyak dunia tahun ini naik jadi 95,6 juta barel per hari dari tahun lalu 94,44 juta barel. Kenaikan permintaan ini bisa mendorong harga naik.

Prediksi Deddy, harga minyak bisa menyentuh US$ 55,22 per barel di akhir kuartal I-2017. Menurut Suluh, peluang harga minyak menguat semakin besar jika permintaan China meningkat.

Pemerintah China memperkirakan produksi minyak 2020 mencapai 4 juta barel per hari, turun 6,8% dari 2015. Alhasil, impor minyak bakal meningkat 17% selama lima tahun ke depan menjadi 390 juta ton.

Jika pertumbuhan ekonomi AS di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump membaik, permintaan minyak juga meningkat. Maka, Suluh memperkirakan koreksi harga minyak hanya sementara.

Secara teknikal, Suluh melihat harga minyak bergerak di bawah moving average (MA) 50 dan MA100, menunjukkan tren melemah. MACD berada di area negatif 165. Stochastic melemah ke level 28% dan RSI turun ke level 35%.

Hari ini (8/2) Suluh memperkirakan harga minyak melemah dan bergerak di rentang US$ 52,80-US$ 53,88 per barel. Harga akan bergerak di kisaran US$ 52,35-US$ 54,25 per barel sepekan ke depan.

Sedang menurut hitungan Deddy, harga minyak hari ini akan menguat dan bergerak antara US$ 52,5-US$ 53,52 per barel. Sepekan ke depan, harga minyak bergerak antara US$ 52-US$ 54 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×